Ingin kuberitahukan kepadamu sobat
ada satu kata yang amat kusukai
Tahukah kamu, apakah kata itu?
Kata yang bila diteriakan akan menggelegar
Kata yang membuat si lemah menjadi perkasa
semangatnya akan membuncah
yang gejolaknya akan mengalahkan kawah candradimuka
Kata yang akan membuat andrenalin memuncak
Kata yang akan membuat seorang banci menjadi lelaki sejati
Kata yang akan membuat bambu runcing bisa mengalahkan senapan
Kata itu adalah, "MERDEKA!"
#### Kudedikasikan puisi ini untuk negeriku, dalam HUT-nya yang ke-70 ####
Minggu, 16 Agustus 2015
Jumat, 14 Agustus 2015
U G D
Ingin ku berlari mengejar suara hati
Berlari mengusung gejolak hati mengelilingi bumi
ingin melayangkan tinju pada orang yang memarahi
ingin menendang yang menghalangi mimpi
Ingin meneriaki sepi
Cukuplah aku terpenjara dalam bui kreativitas yang membuat ide-ideku beku
sekarang tibalah aku keluar sangkar menuju kebebasan
Kebebasan berfikir dan berimaji
aku akan menggebrak dan menyepak ketidakmungkinan
aku bosan ragu dan menunggu
aku tak mau buang-buang waktu
Selamat tinggal belenggu!
Dunia akan mengenal siapa aku
Berlari mengusung gejolak hati mengelilingi bumi
ingin melayangkan tinju pada orang yang memarahi
ingin menendang yang menghalangi mimpi
Ingin meneriaki sepi
Cukuplah aku terpenjara dalam bui kreativitas yang membuat ide-ideku beku
sekarang tibalah aku keluar sangkar menuju kebebasan
Kebebasan berfikir dan berimaji
aku akan menggebrak dan menyepak ketidakmungkinan
aku bosan ragu dan menunggu
aku tak mau buang-buang waktu
Selamat tinggal belenggu!
Dunia akan mengenal siapa aku
Tak Usah Pura-pura
Apa adanya saja dik!
karena aku juga apa adanya, sosok pria sederhana yang tak muluk-muluk
tak neko-neko, tak usah belagu
tak usah pura-pura, yang tidak menjadi dirimu
tak usah memakai topeng, karena wajahmu sudah manis
tak usah pakai kostum yang aneh-aneh, karena engkau sudah anggun
Dik...
aku tak menjanjikan mimpi....
aku hanya ingin menggandeng tanganmu meniti jalan yang sama
menuju tempat yang sama, yaitu memasuki bahagia bersamamu
jalan panjang ini takkan terasa, kalau kita melewatinya dengan cinta
sama halnya dengan seorang bayi yang tumbuh jadi dewasa
karena aku juga apa adanya, sosok pria sederhana yang tak muluk-muluk
tak neko-neko, tak usah belagu
tak usah pura-pura, yang tidak menjadi dirimu
tak usah memakai topeng, karena wajahmu sudah manis
tak usah pakai kostum yang aneh-aneh, karena engkau sudah anggun
Dik...
aku tak menjanjikan mimpi....
aku hanya ingin menggandeng tanganmu meniti jalan yang sama
menuju tempat yang sama, yaitu memasuki bahagia bersamamu
jalan panjang ini takkan terasa, kalau kita melewatinya dengan cinta
sama halnya dengan seorang bayi yang tumbuh jadi dewasa
Selasa, 11 Agustus 2015
Ulang Tahun ke-70
Selamat Ulang Tahun negeriku!
Umurmu sudah lumayan tua, 70 tahun katanya
Merdeka di tahun 45
dengan mengobarkan jiwa raga pejuang kita
Walaupun ada yang tidak puas, mereka bilang negeri ini belum merdeka,
Belum bebas, masih tertindas, masih diinterfensi bangsa lain
Belum makmur, negeri yang katanya terkaya di dunia tapi rakyatnya masih sengsara
Padahal tanahnya subur, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman
Yang perutnya mengandung emas, intan, perak, tembaga minyak bumi, batu bara,
gas, dan barang-barang tambang lainnya
yang hasilnya sebagian besar dicaplok bule-bule luar negeri
Orang miskin dimana-mana, nilai rupiah yang makin melorot, para koruptor mengkhianati rakyatnya,
Kekurangan pangan, yang ujung-ujungnya masih mengimpor bahan makanan, juga buah-buahan
Karena sawah dan kebun digilas perumahan
masih dijajah pihak lain
tak bebas menentukan sikap, karena di belakangnya ada negara adi daya yang siap melahap
Ya sudahlah...
Judulnya... proklamasi dibacakan di angka 17, bulan 8, tahun 1945
Oleh Sang Bapak Bangsa Soekarno-Hatta
Dengan linangan air mata dan tumpahan darah segar segenap pahlawan negeri
yang mesti dihargai
Selamat Ulang tahun Republik Indonesia!
Semoga benderamu menjulang ke langit, melintasi benua, dan samudera
Agar tak melulu diolok-olok dunia
Buktikan! bahwa kita masih bisa mengaum seperti singa
Terbang gagah seperti elang, dan meluncur seperti hiu
Menjadi negeri yang mandiri
"BERDIKARI", berdiri di atas kaki sendiri
tak jadi babu di negeri sendiri
Selamat ulang tahun Indonesiaku!
Merdeka!
Jakarta, Agustus 2015
Umurmu sudah lumayan tua, 70 tahun katanya
Merdeka di tahun 45
dengan mengobarkan jiwa raga pejuang kita
Walaupun ada yang tidak puas, mereka bilang negeri ini belum merdeka,
Belum bebas, masih tertindas, masih diinterfensi bangsa lain
Belum makmur, negeri yang katanya terkaya di dunia tapi rakyatnya masih sengsara
Padahal tanahnya subur, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman
Yang perutnya mengandung emas, intan, perak, tembaga minyak bumi, batu bara,
gas, dan barang-barang tambang lainnya
yang hasilnya sebagian besar dicaplok bule-bule luar negeri
Orang miskin dimana-mana, nilai rupiah yang makin melorot, para koruptor mengkhianati rakyatnya,
Kekurangan pangan, yang ujung-ujungnya masih mengimpor bahan makanan, juga buah-buahan
Karena sawah dan kebun digilas perumahan
masih dijajah pihak lain
tak bebas menentukan sikap, karena di belakangnya ada negara adi daya yang siap melahap
Ya sudahlah...
Judulnya... proklamasi dibacakan di angka 17, bulan 8, tahun 1945
Oleh Sang Bapak Bangsa Soekarno-Hatta
Dengan linangan air mata dan tumpahan darah segar segenap pahlawan negeri
yang mesti dihargai
Selamat Ulang tahun Republik Indonesia!
Semoga benderamu menjulang ke langit, melintasi benua, dan samudera
Agar tak melulu diolok-olok dunia
Buktikan! bahwa kita masih bisa mengaum seperti singa
Terbang gagah seperti elang, dan meluncur seperti hiu
Menjadi negeri yang mandiri
"BERDIKARI", berdiri di atas kaki sendiri
tak jadi babu di negeri sendiri
Selamat ulang tahun Indonesiaku!
Merdeka!
Jakarta, Agustus 2015
Minggu, 02 Agustus 2015
Kyaiku
Asslaamualaikum Pak Kyai!
Pak Kyai...
Aku kangen menatap embun di wajahmu, embun keikhlasan
Embun yang bisa menyejukkan siapa saja yang ada di dekatnya
Sikap santaimu membuat aku tak merasa engkau kyaiku tapi sahabatku
tanpa menurunkan rasa hormatku atas wibawamu
guyonanmu membuat aku tak malu menertawakan diriku sendiri
Aku kangen ngobrol denganmu Kyai,
berbincang, duduk-duduk di balai bambu
Pakaian kebesaranmu adalah kaos oblong putih,
sarung kotak-kotak dan peci hitam polos
sungguh sederhana, sesederhana hatimu
Tapi ilmumu tak sesederhana penampilanmu
ilmumu seluas samudera dan setinggi langit yang biru
hatimu bak ilmu padi yang semakin merunduk
ketika semakin berisi
seolah-olah kau tak mengerti apa-apa
padahal isi kepalamu luar biasa
Pak Kyai...
Aku kangen menatap embun di wajahmu, embun keikhlasan
Embun yang bisa menyejukkan siapa saja yang ada di dekatnya
Sikap santaimu membuat aku tak merasa engkau kyaiku tapi sahabatku
tanpa menurunkan rasa hormatku atas wibawamu
guyonanmu membuat aku tak malu menertawakan diriku sendiri
Aku kangen ngobrol denganmu Kyai,
berbincang, duduk-duduk di balai bambu
Pakaian kebesaranmu adalah kaos oblong putih,
sarung kotak-kotak dan peci hitam polos
sungguh sederhana, sesederhana hatimu
Tapi ilmumu tak sesederhana penampilanmu
ilmumu seluas samudera dan setinggi langit yang biru
hatimu bak ilmu padi yang semakin merunduk
ketika semakin berisi
seolah-olah kau tak mengerti apa-apa
padahal isi kepalamu luar biasa
Bumi Persinggahan Permai
Wahai kawan...
Aku masih di sini, di bumi ini, di bumi-Nya Tuhan yang kuasa
dan tiada daya selain-Nya
Diri-Nya yang sering aku ingkari
Kawan...
Kita masih bernaung di bumi yang sama
menghirup oksigen yang sama, berada di bawah kolong langit yang sama
berhiaskan bintang-bintang, planet-planet, bulan dan matahari yang sama
Entah...
Kapan kita meninggalkan tanah ini?
Tanah yang kita pijak, tanah tempat kita menjejakkan kaki pertama kali
Tanah dimana dari perutnya keluar tumbuh-tumbuhan yang kita makan
Tanah dimana keluar segala perhiasan yang kita pakai
Sobat...
Persinggahan ini takkan lama,
buktinya... tak terasa roda jaman menggilas kita
sampai begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia
Mungkin jatah umur kita berbeda-beda
Tapi semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan ridho-Nya
di sawung yang sama, yakni di "Bumi Persinggahan Permai"
Aku masih di sini, di bumi ini, di bumi-Nya Tuhan yang kuasa
dan tiada daya selain-Nya
Diri-Nya yang sering aku ingkari
Kawan...
Kita masih bernaung di bumi yang sama
menghirup oksigen yang sama, berada di bawah kolong langit yang sama
berhiaskan bintang-bintang, planet-planet, bulan dan matahari yang sama
Entah...
Kapan kita meninggalkan tanah ini?
Tanah yang kita pijak, tanah tempat kita menjejakkan kaki pertama kali
Tanah dimana dari perutnya keluar tumbuh-tumbuhan yang kita makan
Tanah dimana keluar segala perhiasan yang kita pakai
Sobat...
Persinggahan ini takkan lama,
buktinya... tak terasa roda jaman menggilas kita
sampai begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia
Mungkin jatah umur kita berbeda-beda
Tapi semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan ridho-Nya
di sawung yang sama, yakni di "Bumi Persinggahan Permai"
Langganan:
Postingan (Atom)