Rabu, 20 April 2016

Aku yang Tak Tahu

    Aku yang tahu harus menulis apa? tak tahu harus melangkah kemana? dan harus dari mana diri ini berbuat? Aku juga tahu harus bagaimana menjawab? Aku seperti orang pincang, buta, tuli, dan bisu... gelap tak berdaya. Seperti hatiku yang tak tentu arah. 
     Mata batinku yang kini pekat. Kakiku yag sering terantuk batu, telingaku yang tertutup kebingungan bisikan-bisikan dari kanan kiri, atas-bawah, hitam-putih dan abu-abu. Kok semuanya buntu? Mulutku juga tak tahu bagaimana harus berkata-kata? Dari hari kehari cuma berjalan,berjalan, dan berjalan. Entahlah sampai kapan sampai ke tujuan? Aku juga tak tahu kawan. Musafir pongah ini berada dalam gamang.
     Aku mestinya bermeditasi dalam batin. Agar selalu bisa terfokus kepada-Nya, tak melulu dalam kontrol dunia yang fana. Aku tak habis fikir, aku jadi orang dungu yang terbelenggu. Terbelenggu dengan kepengecutanku sendiri.

Minggu, 10 April 2016

Jakarta

     Aku terhenyak... kutampar wajahku, ternyata aku masih di kota ini, Jakarta. Kota terbesar di Indonesia, pusat pemerintahan, bisnis, ekonomi,  budaya dan segalanya. Aku sebenarnya muak dengan kota ini. aku bosan, mungkin karena aku lahir dan besar di sini. Bagiku menghadapi macet merupakan gunung tertinggi yang sulit didaki. Coba anda bayangkan ribuan motor baru bermunculan setiap harinya! mobil-mobil baru  pun bermunculan seperti jamur di musim hujan. Sementara luas jalan tak bertambah, meskipun bertambah paling cuma sedikit, itu pun dengan proses penggusuran yang memakan waktu dan birokrasi yang berbelit-belit.
      Kemacetan saat ini diperparah dengan pembangunan MRT di daerah Ciledug-Kebayoran-Mampang Prapatan-Pancoran, yang kalau tidak mulur selesai pada tahun 2017. Belum lagi pembangunan jalan layang di sepanjang Kali Malang Jakarta Timur-Bekasi yang tak kunjung selesai. Debu-debu berterbangan di jalan berbatu akibat jalan lama yang sedang digali di sana sini untuk pembuatan pondasi. Pernah pada suatu hari banku pecah luar dalam ketika melintasinya di malam hari. Sungguh berat kalau ada musibah di malam hari. Karena kita harus menuntun motor di 500 meter-2 KM untuk mendapati bengkel yang masih buka. Yang pasti ongkosnya pasti lebih mahal daripada di waktu siang. Kalau tak punya uang cash kita naik angkot mencari ATM. Tapi andai tak punya uang dan rekening kosong, maka SIM atau Hand phone siap ditinggal sebagai jaminan.

(masih dalam proses pengeditan)

Jumat, 01 April 2016

Rasanya Baru Kemarin

      Aku teringat dengan teman-temanku baik teman-teman sepermainan waktu kecil, sahabat-shabat karibku waktu di SMP dan SMA. Maupun teman-teman seperguruan di padepokan silat di daerahku. Rasanya baru kemarin kami bercelana pendek, bersembunyi bermain petak umpet dan berebutan menendang lempengan tujuh genteng yang dibulatkan, berhamburan pada tempat yang aman pada permainan genteng tujuh.
        Rasanya baru kemarin kami SMA, membuat grup Bernama BWRS. Singkatan dari nama anggotanya, yaitu Budi, Wengky, Roy dan Syarif. Tapi yang sering berkumpul aku, Budi dan Roy. Syarif menurutku seperti tokoh Nakula dan sadewa angota Pandawa Lima dalam kisah pewayangan mahabharata. Yaitu tokoh yang jarang muncul dan berkumpul tapi tetap dibutuhkan. Syarif waktu itu sibuk mengejar si Hitam Manis wanita idamannya dan senang begadang hampir tiap malam.
        Aku bergabung  di padepokan silat  sewaktu aku masih duduk di SMP kelas satu. teman seperguruan saat itu adalah Adi Bule, Deddy , Jaja, Bang Sanusi, Mas Catur, Mas Narto, Bang Mawang, bang Asbih, DLL (dan aku lupa lagi). Mengingat di padepokan tersebut anggotanya keluar masuk, silih berganti. Jadi yang bertahan kian menyusut.  Apalagi setelah kami lulus sekolah, semuanya berpencar, ada yang kuliah, kerja, atau berpindah ke lain kota. yang paling aktif sampai akhir adalah Deddy, Roy, Adi Bule, Bang Sanusi dan aku. Oh ya Roy juga teman teman karibku di SMP dan SMA, sedangkan Adi Bule temen kecil dan kakak kelasku di SMP.
        Rasanya baru kemarin itu semua terjadi, seperti aku baru terbangun dari mimpi. atau mungkin lebih tepatnya kita dilesatkan oleh waktu, dan kami bertemu lagi setelah diri kami berbeda-beda. Sampai kami kaget ketika melihat diri kami dalam foto-foto lama. Berbeda setelah kami berkaca di cermin. Tahu-tahu semuanya telah berubah... berubah jauh dari apa yang kami perkirakan. Tahu-tahu kami sudah berkumis, tubuh kami membesar, bahkan banyak di antara kami obesitas. Kami seperti insan lainnya, kami hanya pemeran, sedangkan di atas sana ada Sutradara Agung yang menge-set semuanya.
         Masa lalu dan masa kini adalah cerita bersambung yang berurutan, tidak dapat dihentikan atau dibolak- balik sesuai keinginan. Karena akan dilanjutkan dengan video masa sekarang dan masa depan.


bersambung....
(Masih dalam proses pengeditan)