Rabu, 16 September 2015

Persahabatan yang Aneh

      Persahabatan yang aneh. Persahabatan antara mantan seorang surveyor, tukang kebun, dan PHL (Pegawai Harian Lepas) di perpustakaan umum di Jakarta Selatan. Kadang kami tak mengerti, bahkan takkan pernah mengerti. Bagaimana kami bertemu, mengakrabkan diri, memulai obrolan, dan berkenalan. Semua mengalir begitu saja... tanpa skenario yang pasti.
        Persahabatan mungkin  tak memerlukan basa-basi, tapi bisa muncul jika satu sama lain saling berbagi, saling membantu, dan saling mendengar. Tak pandang ras, suku, agama, umur, background pendidikan, dll. 
       Aku (37) hanya lulusan SMA, Aki (40) mahasiswa Universitas Terbuka yang tak pernah lulus, dan Pak Riri (54) tak pernah mengenyam pendidikan apapun, beliau buta huruf. Tapi persahabatan tak memerlukan gelar atau pendidikan formal dari civitas akademika. Kami tak pernah saling menumpuk tangan dan bersorak tanda kekompakan. Kami tak memerlukan itu untuk menyatukan diri. Kami cuma  pakai hati untuk saling mengerti.
        Kami sering curhat satu sama lain, terutama aku yang hidupnya penuh masalah. Aki sering mentraktir aku dan Pak Riri makan ketoprak Nano, membayarkan kopi kami di warung Budeh. Aku dan Aki pernah membantu Pak Riri meringankan tugasnya melepaskan bendera-bendera dan umbul-umbul yang mengelilingi gedung perpustakaan, setelah peringatan 17-an berakhir. Saat musim hujan Pak Riri dengan sigap memindahkan helm aku dan Aki ke tempat yang aman.
         Itu semuanya hanya sebuah catatan, agar kita selalu menghargai sebuah kepedulian. Kepedulian antara sesama kapan saja dan dimana saja. Karena disitu Kasih Tuhan akan turun, dengan melimpahkan segala rahmat-Nya. Amin.

Senin, 14 September 2015

Diary 14 September 2015

        Rasanya gue pengen nulis ini, nulis itu. pengen bikin tulisan yang bagus, kayak novel, cerpen atau artikel yang bisa bikin para pembaca klepek-klepek. Karena kebanyakan keinginan nulis, akhirnya gak fokus, and gak ada satu tulisan pun yang gue hasilkan, hehehe...
        Gue emang kayak orang kebelet beol, pengen cepet jebrul , and pas taunya ambrul. Pengen cepet tenar sebagai penulis, padahal boncos, hehehe. Emang bener siih, kata orang-orang tua kita, "Hidup ini gak ada yang instan, semuanya ada proses".
        Klao lo pandangin bintang di angkasa, setengah budek lo gak bakal bisa mencapainya. tapi kalo lo bikin Appolo dulu, mungkin bisa, bisa jatoh maksudnya, hehehe...