Kamis, 03 Desember 2015

Desember

     Bulan Desember datang lagi, itu berarti Tahun Baru 2016 sebentar lagi. Bagi kawula muda pasti menyambut gembira. Tapi buat orang yang sudah mendekati usia 40 atau yang sudah 40 tahun ke atas, berarti harus mawas, mawas diri maksudnya. Buat mereka berarti rentang waktu semakin pendek, dalam artian ajal semakin dekat... Wallahu a'lam bisshawab.
     Desember baru dimulai, tapi bookingan buat ticket pesawat-kereta api, hotel, restoran atau gedung, pastinya sudah penuh. Tak ada lagi tempat kosong untuk malam tahun baru. Anak-anak sekolah, mahasiswa atau para remaja sudah siap-siap dengan tabungan yang sudah dikumpulkan beberapa bulan yang lalu. Digunakan untuk rekreasi ke tempat wisata, ada yang naik gunung,  atau sekadar bakar ayam di ujung gang, "Kan cuma setahun sekali", alasan kebanyakan dari mereka merayakan malam tahun baru.
       Sah-sah saja orang merayakan tahun baru, itu hak prerogatif  seseorang. Tak ada yang melarang, bila tak melanggar hukum biarkan saja. Kalau ada yang tak merayakan pun tak apa.
    

Senin, 30 November 2015

Lestari Alamku

Lestari Alamku
cipt.Gombloh

Lestari alamku lestari desaku
Dimana Tuhanku menitipkan aku 
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama 
Nyanyikan pujaan untuk nusa

Damai saudaraku suburlah bumiku
Kuingat ibuku dongengkan cerita 
Kisah tentang jaya nusantara lama 
Tenteram kartaraharja di sana

Reff : 
          Mengapa tanahku rawan ini
          Bukit-bukit telanjang berdiri
          Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
          Burung-burung pun malu bernyanyi

         Kuingin bukitku hijau kembali
         semenung pun tak menanti
         Doakan kuucapkan hari demi hari
         Kapankah hati ini kapan lagi


        Nih lagu dasyat banget, gue sampe merinding, apagi pas syair "Dimana Tuhanku menitipkan aku". Ini lagu ciptaan Almarhum Gombloh, nih lagu udah lama banget. Tapi masih nyes di hati. Damai banget dengernya. Kita sebagai manusia rasanya kecil banget di hadapan Sang Maha Pencipta,. Jangankan di hadapan-Nya, dibanding alam ciptaan-Nya kita gak ada apa-apanya. Kalo udah gitu, apa yang bisa disombongin?  Kita cuma titik kecil di hadapan-Nya.
       Lagu ini juga mengingatkan alam kita yang udah gak perawan. Abis dibabat hutan kita, sungai dicemari.
 Damailah saudaraku! jangan berantem melulu, bersatulah Indonesiaku!

Selasa, 17 November 2015

"Melawan kekosongan"

       "Lo ngomongin soal lo gak punya materi. Dan lo gak punya kegelisahan lagi. Dan sebenarnya itu kegelisahan lo. Dan kegelisahan lo adalah lo gak punya kegelisahan. Itu yang lo bawa keatas panggung. Sebagai pencarian sebuah kegelisahan, itu menurut gue unik dan menarik. Ketika lo berhadapan dengan kekosongan, maka lawanlah kekosongan itu dengan bercerita tentang usaha lo menghadapi kekosongan itu, menurut gue itu keren". (Raditya Dika, waktu mengomentari penampilan David Nurbianto dalam Grand Final SUCI 4)

Jumat, 13 November 2015

Deras

          Derasnya hujan memaksaku tetap ada di tengah ruangan ini. Di dalam sebuah warnet, menjentikkan jemari di atas keyboard komputer. Di sebelah bilikku, di kanan dan kiriku dikerumuni sekumpulan ABG yang berceloteh ramai. Aku merasa bahagia di tengah-tengah mereka. Walaupun ada diantara yang mereka yang bandel, ada yang merokok. 
       Kelepas-kelepus asapnya melewati wajahku yang sedang serius mengetik blogg, sambil mendengarkan lagu-lagu Bon Jovi dari headset. Hujan begitu deras, sederas keinginan anak-anak itu untuk merokok. Rasa penasaran yang ditumpuk bertahun-tahun, mereka tumpahkan di warnet ini. Aku yakin mereka tahu bahaya rokok untuk kesehatan , tapi itulah.... kenikmatan merokok membuat mereka tak peduli akan kesehatan. Mungkin karena onderdil tubuh mereka masih baru, jadi pengaruhnya belum terasa, masih endrian.
        

Lihatlah Dunia!

        Lihatlah dunia! dan susurilah! maka ketika engkau melihat daerah yang lebih tertinggal dari daerahmu, kau akan mengerti akan bersyukur. Saat kau melihat daerah yang lebih maju dari daerahmu , maka kau akan terpacu buat hidup lebih baik. 
       Tak usah jauh-jauh, di daerah Cianjur Selatan misalnya, listrik saja susah. Di sana listrik setiap pelosoknya beda-beda, ada yang menyala di jam 6 pagi sampa jam 5 sore ada yang menyala jam 6 sore  sampai jam 4 pagi esoknya. Itu baru di Cianjur yang notabene masih dekat dengan Jakarta, Bagaimana di wilayah Indonesia timur sana? seperti Papua, Sulawesi, Maluku, Ternate. Atau di bagian pelosok Indonesia lainnya? seperti di Nias, Aceh, Mentawai, juga Pedalaman Kalimantan.
         Tak kau pikirkan bagaimana perasaan mereka melihat kemajuan di Jawa? Mereka melihat Pulau Jawa, khususnya Jakarta jauh melesat kemajuannya dibanding daerah mereka. Pada hal sumber daya alam mereka begitu banyak yang dibawa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta. Seperti Emas, Intan, permata, batu bara, minyak bumi. palawija, padi, hasil kebun, karet, biji KKO, hasil laut, dan rempah-rempah di datangkan dari daerah mereka. Tapi mereka hanya merasakan sedikit dari kekayaan negeri ini. Seharusnya kita malu dengan mereka.
        Waktu itu saya ngobrol dengan tukang bubur Kacang Hijau Madura di daerah Petukangan jakarta Selatan. Ia bilang di daerah asalnya Bangkalan, tapi di pelosoknya, Listrik belum masuk. Maka untuk menerangi rumah, dipakailah semacam obor. 
       Beruntunglah warga Jakarta, apalagi yang lahir di Jakarta. Sudah barang tentu tak penasaran dengan pesona ibukota. Kalian di sini sekolah dekat dan banyak. Listrik menyala 24 jam, jalanan diaspal, transportasi gampang, pasar dekat, PUSKESMAS dekat. Kekurangan Jakarta menurut saya cuma dua. Pertama macet yang tak ada habis-habisnya. Kedua, penduduknya dari hari ke hari semakin padat, hingga  lahan yang harusnya tempat pohon-pohon tumbuh, dijadikan manusia untuk tempat tinggalnya.

Dia Datang Lagi

      Hujan hari ke-2 telah sampai Jakarta, diiringi euphoria segenap warga. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai kakek-kakek dan nenek-nenek semua menyambut gembira. Lama  dia tak datang, hati kami dirundung susah dan gelisah karena kegerahan. Kabut asap cuma ia yang dapat meredakan.
     

Kamis, 12 November 2015

Antara Pahlawan dan Penjahat

       Mumpung masih dalam suasana Hari Pahlawan, gue mau ngebahas tentang pahlawan. Lo tau gak artinya pahlawan? Pahlawan adalah orang yang mengorbankan dirinya, harta dan jiwanya buat orang lain. Lebih-lebih buat bangsa dan negaranya. Sedangkan penjahat adalah orang mengobarkan orang lain, lebih-lebih rakyat, bangsa dan negaranya hanya untuk kepentingan dirinya.
       Sekarang ini banyak orang yang ngaku-ngaku pahlawan, tapi nyata-nyata seorang penjahat. Maling teriak maling. Sedangkan pahlawan sebenarnya tak pernah ngaku pahlawan, entahlah dia ada dimana? Bisa ada di kantor, di rumah, di jalanan, di kebun, sawah atau mungkin di lautan.
       Pahlawan yang sesungguhnya tak merasa dirinya pahlawan. baginya pujan dan penghormatan tak penting, yang ada dalam benaknya adalah bagaimana ia berjuang, berjuang dan berjuang. Berkorban, berkorban, dan berkorban. Selamat Hari Pahlawan!
       

Kamis, 05 November 2015

Ingin (Diary 5 Nov 2015)

     Gw kok suka iri ya sama orang yang masih muda udah sukses? semisal Raditya Dika, yang di usia 30 tahun udah nulis banyak buku komedi, menjadi seorang komika  aktor, produser, penulis skenario. Hebat banget nih orang ya? Beruntung Radit punya ibu yang mensupport abis-abisan bakatnya. Ceritanya begini, sang ibu kasian ngeliat anaknya sedih, bukunya jarang yang beli, lalu si ibu ngeborong ratusan buku anak tersayangnya itu. lalu dibagi-bagikan di sebuah foodcourt. Dari situlah karir Radit melejit, dan mengantar Maestro Comedy Raditya Dika sampai sekarang. (Gue baca cerita ini dari buku Marmut Merah jambu). 
     Gue lebih tua beberapa tahun dari Radit, tapi karir gw belom apa-apa Man! Masih begini-begini aja. Bahkan pengahsilan gw juga termasuk minim, kerjaan gak keruan. Bukan gw gak bersyukur, tapi sebagai manusia normal, gw pengen sukses, pengen lebih baik. Misalnya gw pngen nikah secepatnya, punya anak, bahagia membina rumahtangga, mandiri dengan punya rumah sendiri, punya pengahasilan yang bisa memenuhi kebutuhan keluarga, bisa bikin orangtua gw bangga, punya tabungan buat di hari tua.
      Gue juga iri sama Abdur asal NTT, lo tau gak ? itu loh komika yang  meraih juara dua di SUCI 4. masih muda, 27 tahun , udah bisa meraih prestasi yang luar biasa.Gue juga pernah liat di TV, seorang pemuda yang baru 19 tahun udah jadi pengusaha sukses. Ada juga yang baru 21 tahun udah jadi eksportir ikan hias yang untung besar.
Gue gak tau, ini gw yang tolol, atau gw yang bloon? hehehe... apa gw terlalu banyak menghayal ya? gw juga gak tau kawan?

Rabu, 04 November 2015

Lantunan Sang Hawa

Juntaian jilbabmu membuat aku hilang resah
Untaian tasbih dibibir mungilmu membuat aku tertunduk malu
karena merasa tak pantas denganmu

Subhanallah... subhanallah...
aku terpesona ketika lantunan kalamullah terdengar di balik tubuhku
Dalam hati bertanya,
Siapakah sang hawa yang membacanya...
yang ternyata adalah kamu

Senin, 02 November 2015

Bangun Kau Diri

Ayo bangun kau diri!
kenapa kau masih di sini?
kenapa tidak pergi dan mencari?
mencari kekasih hati yang kan menemani
kenapa kau masih betah menyepi?
sedangkan sekejap waktu pun pasti berarti

ayo pergi! pergi!
Langkahkanlah kaki!
menuju masa depan,
yang akan membawa harga dirimu ke tempat yang tinggi

Jumat, 30 Oktober 2015

What's Up

      Tuhan... hari ini 29 Okt0ber 2015. Aku masih melihat motor-motor, mobil-mobil, dan orang-orang berseliweran di depan warnet langganan. Desingan suara mesin masih memaksa masuk telingaku, walau aku sedang mendengarkan Lagu What's Up milik 4 Non Blondes melalui headset. Sambil kubuka Google, mencari arti lagu itu. Aku terhenyak, terjemahannya ternyata begitu menyentak. Menyentak semangatku yang sedang patah. 

25 tahun usiaku dan masih saja 
berusaha kudaki bukit harapan yang tinggi menjulang itu 
sebagai tempat tujuan
Aku segera sadar saat kutahu harus kulakukan
Bahwa dunia dicipta untuk ini
Persaudaraan antar manusia 
apapun artinya

maka kadang aku menangis saat berbaring di ranjang
untuk menumpahkan, isi kepalaku 
dan aku merasa agak aneh
dan kubangun di pagi hari dan melangkah
 keluar dan kuhirup udara dalam-dalam
dan aku merasa seakan melayang
dan aku menjerit hingga habis nafasku
apa yang terjadi?

 Dan seterusnya...
      
      Begitu hebat lagu ini. Pantas saja begitu mendunia. Aku salut, salut sekali dengan penciptanya. Dan aku tersadar, selama ini kita hanya memikirkan individu masing-masing, tanpa mempraktekkan persaudaraan. Memberikan kasih sayang untuk kemanusiaan! Bukan baku hantam, saling memukul, menendang, menyerang, berperang. Tidak hanya omong kosong tentang arti perdamaian. Tapi mewujudkan rasa kasih sayang sesama mahluk-Nya.

Rabu, 14 Oktober 2015

Di 1 Muharam 1437 H

Selamat Tahun Baru Islam kawan!
Hari ini 1 Muharam, Tahun Baru Hijriyah ke-1437
Semoga tahun ini lebih baik dari tahun kemarin
Semoga kita bisa hijrah dari kegelapan
menuju terang benderang


Perjalanan begitu berat kawan
Langkahku sampai terseok-seok...  meniti hari di atas bumi
sibuk mencari duit, mengejar karir, dan mencari-cari calon istri
sampai telapak kaki menginjak onak dan duri

Tahun ketahun diisi dengan berbagai tumpukan dosa dan sedikit kebajikan
sungguh tak imbang, cenderung jomplang
terlena dengan pesona dunia yang membelalakkan mata
sungguh terpedaya dengan alam yang fana

Tuhan ... berikan aku kekuatan,
agar bisa melewati cobaan dan lulus menghadapi ujian
bisa menjadi  manusia yang lebih baik
setelah tahun kemarin kurang baik

Tahun yang lalu terasa berat...
hingga tahun baru ini masih berlanjut
Dolar makin melonjak, Rupiah makin melorot,
musim kemarau begitu panjang,
pelosok negeri dilanda kekeringan dan kebakaran hutan
kabut asap merayapi kerongkongan dan membuat sesak pernapasan
menyambangi Kalimantan, Jambi, Riau, juga Sumatera Selatan


Tahun lalu yang berat....
untung kita tidak sekarat
mohon jangan menyalahkan siapa-siapa
Semoga kita bisa melewati ini semua
Lulus dengan dengan sempurna

Selamat tahun baru kawan!
Semoga kelakuan kita juga baru,
meninggalkan kelakuan lama yang buruk, berganti dengan
perilaku baik, hati yang baik dan suci
Seperti bayi yang terlahir kembali







Minggu, 11 Oktober 2015

Ulang Tahunku (Dibuat di Bulan Oktober 2014)

Hari ini usiaku bertambah, dari 37 ke 38
Sudah tua buat seorang bujangan bukan?
Entah... ini berlanjut sampai kapan?
Entah... sampai kapan aku sendirian?
aku pun tak tahu kawan

aku hanya menyusuri waktu, yang menghiasi hidupku
Mencoba selalu mensyukuri nikmat-Nya, dan berbuat untuk sesama
Hari memang berubah setiap hari
semuanya bergerak
Walau secara kasat mata ada yang terlihat diam
Termasuk benda-benda yang ada di langit dan bumi
semuanya tunduk patuh kepada-Nya
Dan semuanya senantiasa berzikir kepada-Nya

Serdadu Negeriku

Betapa perkasa serdadu negeriku, tapi sayang hanya jago kandang
melempem ketika berlaga tandang
Betapa kuat sedadadu negeriku, tapi sayang cuma sangar di hadapan rakyatnya
tapi meleleh di luar negaranya

Pesawat tempur serdadu negeriku begitu canggih
saking canggihnya, cuma dianggap besi tua
yang melayang-layang di udara
Dan tinggal ditunggui jatuhnya saja oleh musuh

tank-tank serdadu negeriku begitu hebat
melebihi gerobak-gerobak sapi milik para petani
kapal-kapal perang serdadu negeriku begitu kuat
Sekuat menahan gelombang, habis itu tenggelam

Wajah-wajah angker di balik topi bajanya
membuat nyali kami, rakyat kecil, jadi mengkeret
Belum lagi derap sepatu larsnya
yang membuat dada kami dag dig dug
copot rasanya jantung kami mendengar hentakannya

Ribuan Hari

Entah...
Berapa ribu hari yang telah aku lewati
Entah...
Berapa ribu hari yang terbuang percuma?
Entah...
Berapa juta jam, menit, detik yang berlalu tanpa aksi?
Berapa banyak kesempatan yang terbuang begitu saja?
Entah...
Berapa ribu nikmat yang terlupa?

Kamis, 08 Oktober 2015

Jelang Ulang Tahun

Sebentar lagi aku ulang tahun
Entahlah... aku harus senang atau sedih?
Kalau senang harus bagaimana?
Kalau sedih, kenapa harus sedih?
Usia kian bertambah... yang hakikatnya berkurang.
Masa lalu semakin menjauh

Apakah harus merayakannya di mall,
di tempat keramaian bersama teman-teman?
atau merayakannya di kuburan?
Supaya diri ini ingat akan kematian yang datang bak kejutan
 
Sebenarnya aku ingin di hari ulang tahunku aku berada di luar kota,
di bagian pelosok nusantara, mengelana menyusuri bumi-Nya
Tak melulu ada di Batavia, yang kian hari mobil-mobil, motor-motor kian bertambah
Gedung-gedung kian menjulang, pohon-pohon semakin banyak ditebang.
Debu-debu beterbangan, perbaikan-perbaikan jalan membuat jalan semakin sesak.

Aku bosan kawan...
Tapi apa mau dikata, aku tak punya uang untuk akomodasi,
mudah-mudahan di hari-H nya aku dapat rejeki, bisa mengelilingi bumi



Selasa, 06 Oktober 2015

Surat buat Adik

Dik..
Rasanya aku tak rela melihat engkau besar
Aku lebih suka melihat engkau kecil.
seorang bayi lucu yang menggemaskan
dengan celotehmu yang senantiasa membuat aku tertawa

Tapi kini engkau telah menjadi seorang mahasiswi,
yang memisahkan diri di lain propinsi
bukan aku tak senang engkau mandiri dik...
sama sekali bukan...
justru aku bangga punya adik yang pintar
yang berpikir jauh ke depan

Cuma satu pesanku padamu
Dimanapun engkau berada jangan lupakan orangtua kita,
Doakan agar mereka sehat wal afiat, bahagia,
dan selalu dalam lindungan-Nya

Wassalam
Abangmu

Sabtu, 03 Oktober 2015

Maaf Bu

Maaf bu...
aku tak sebaik anak-anak yang lain berbakti kepada ibunya
aku tak banyak memberikan materi, ataupun perhatian
aku juga tak bisa selalu memberikan apa yang engkau butuhkan
aku tak selalu ada di dekatmu

Maaf bu....
Aku memang seperti ini, aku hanya bisa menjadi aku, bukan orang lain
Aku hanya bisa menjadi diriku, sang petualang
Jiwaku tak kuat terkurung sepi, hatiku takkan kuat tanpa menyusuri bumi
Karena diriku ingin sebebas elang yang terbang tinggi

Catatan 3 Oktober

       Jaman kian berubah, menjadi lebih modern, tekhnologi semakin canggih, dan komunikasi lebih cepat dan praktis. Lingkungan juga telah berubah. Yang tadinya banyak pepohonan kini telah lenyap, berganti dengan ruko-ruko, jalan-jalan layang melintang, galian-galian yang tak ada habis-habisnya dikeruk, dan gedung-gedung yang ingin mencapai langit yang tinggi. 
      Ternyata hidup di kota, khususnya di Jakarta tak seenak dulu. Debu-debu kian berterbangan menghinggapi orang-orang Jakarta.
       Sobat.... langkahku ku sudah semakin jauh, bahkan sudah ada di pertengahan , bahkan lebih. Adakah pompa yang sanggup mengembangkan semangatku hingga meluap-luap? Adakah parfum yang dapat membuat gembel yang bau jadi wangi?Adakah dopping yang bisa melejitkan lari diri ini? Hingga diri menjadi lelaki perkasa tiada dua. Dopping itu adalah ada hawa di sisi.

Kamis, 01 Oktober 2015

Jangan Tutup Dirimu (Puisi)

Jangan Tutup Dirimu
cipt.Wengky Setiawan

Jangan tutup dirimu dik...
masmu ini telah menunggumu sejak lama
jangan tutup dirimu dik...
aku tak mau pindah kelain hati
aku hanya cinta kamu

Dik...
tak terbesit diri ini mengubah haluan cintaku
aku hanya ingin berlabuh di hatimu
di dermaga cintamu

Jangan Tutup Dirimu (cipt. Stinky)

Dari hati yang paling dalam
Terucap kata cinta untukmu
yang telah lama ingin kukatakan
Sungguh takkan kuingkari

reff:  Hari demi hari telah terlewati
        Tetapi dirimu selalu di hatiku
        Kau pujaanku, kau bidadariku
        jangan tutup dirimu
        sebelum aku datang

       Biarkan  kumencoba menjadi milikmu
       Jangan tutup dirimu
       Salahkah diri ini yang mencintaimu
       Jangan tutup dirimu

Tak banyak yang dapat kulakukan
Untuk membuktikan cintaku
tapi kata hati yang tulus dan suci
sungguh aku cinta kamu
(kembali ke reff)

Dan memang kuakui setulus hatiku
aku cinta padamu
salahkah diri ini yang mencimu
jangan tutup dirimu

Rabu, 16 September 2015

Persahabatan yang Aneh

      Persahabatan yang aneh. Persahabatan antara mantan seorang surveyor, tukang kebun, dan PHL (Pegawai Harian Lepas) di perpustakaan umum di Jakarta Selatan. Kadang kami tak mengerti, bahkan takkan pernah mengerti. Bagaimana kami bertemu, mengakrabkan diri, memulai obrolan, dan berkenalan. Semua mengalir begitu saja... tanpa skenario yang pasti.
        Persahabatan mungkin  tak memerlukan basa-basi, tapi bisa muncul jika satu sama lain saling berbagi, saling membantu, dan saling mendengar. Tak pandang ras, suku, agama, umur, background pendidikan, dll. 
       Aku (37) hanya lulusan SMA, Aki (40) mahasiswa Universitas Terbuka yang tak pernah lulus, dan Pak Riri (54) tak pernah mengenyam pendidikan apapun, beliau buta huruf. Tapi persahabatan tak memerlukan gelar atau pendidikan formal dari civitas akademika. Kami tak pernah saling menumpuk tangan dan bersorak tanda kekompakan. Kami tak memerlukan itu untuk menyatukan diri. Kami cuma  pakai hati untuk saling mengerti.
        Kami sering curhat satu sama lain, terutama aku yang hidupnya penuh masalah. Aki sering mentraktir aku dan Pak Riri makan ketoprak Nano, membayarkan kopi kami di warung Budeh. Aku dan Aki pernah membantu Pak Riri meringankan tugasnya melepaskan bendera-bendera dan umbul-umbul yang mengelilingi gedung perpustakaan, setelah peringatan 17-an berakhir. Saat musim hujan Pak Riri dengan sigap memindahkan helm aku dan Aki ke tempat yang aman.
         Itu semuanya hanya sebuah catatan, agar kita selalu menghargai sebuah kepedulian. Kepedulian antara sesama kapan saja dan dimana saja. Karena disitu Kasih Tuhan akan turun, dengan melimpahkan segala rahmat-Nya. Amin.

Senin, 14 September 2015

Diary 14 September 2015

        Rasanya gue pengen nulis ini, nulis itu. pengen bikin tulisan yang bagus, kayak novel, cerpen atau artikel yang bisa bikin para pembaca klepek-klepek. Karena kebanyakan keinginan nulis, akhirnya gak fokus, and gak ada satu tulisan pun yang gue hasilkan, hehehe...
        Gue emang kayak orang kebelet beol, pengen cepet jebrul , and pas taunya ambrul. Pengen cepet tenar sebagai penulis, padahal boncos, hehehe. Emang bener siih, kata orang-orang tua kita, "Hidup ini gak ada yang instan, semuanya ada proses".
        Klao lo pandangin bintang di angkasa, setengah budek lo gak bakal bisa mencapainya. tapi kalo lo bikin Appolo dulu, mungkin bisa, bisa jatoh maksudnya, hehehe... 

Minggu, 16 Agustus 2015

Satu Kata

Ingin kuberitahukan kepadamu sobat
ada satu kata yang amat kusukai
Tahukah kamu, apakah kata itu?

Kata yang bila diteriakan akan menggelegar
Kata yang membuat si lemah menjadi perkasa
semangatnya akan membuncah
yang gejolaknya akan mengalahkan kawah candradimuka

Kata yang akan membuat andrenalin memuncak
Kata yang akan membuat seorang banci menjadi lelaki sejati
Kata yang akan membuat bambu runcing bisa mengalahkan senapan
Kata itu adalah, "MERDEKA!"


#### Kudedikasikan puisi ini untuk negeriku, dalam HUT-nya yang ke-70 ####

Jumat, 14 Agustus 2015

U G D

Ingin ku berlari mengejar suara hati
Berlari mengusung gejolak hati mengelilingi bumi
ingin melayangkan tinju pada orang yang memarahi
ingin menendang yang menghalangi mimpi 
Ingin meneriaki  sepi

Cukuplah aku terpenjara dalam bui kreativitas yang membuat ide-ideku beku
sekarang tibalah aku keluar sangkar menuju kebebasan
Kebebasan berfikir dan berimaji
aku akan  menggebrak dan menyepak ketidakmungkinan
aku bosan ragu dan menunggu
aku tak mau  buang-buang waktu
Selamat tinggal belenggu!
Dunia akan mengenal siapa aku

Tak Usah Pura-pura

Apa adanya saja dik!
karena aku juga apa adanya, sosok pria sederhana yang tak muluk-muluk
tak neko-neko, tak usah belagu
tak usah pura-pura, yang tidak menjadi dirimu
tak usah memakai topeng, karena wajahmu sudah manis
tak usah pakai kostum yang aneh-aneh, karena engkau sudah anggun

Dik...
aku tak menjanjikan mimpi....
aku hanya ingin menggandeng tanganmu meniti jalan yang sama
menuju tempat yang sama, yaitu memasuki bahagia bersamamu
jalan panjang ini takkan terasa, kalau kita melewatinya dengan cinta
sama halnya dengan seorang bayi yang tumbuh jadi dewasa


Selasa, 11 Agustus 2015

Ulang Tahun ke-70

Selamat Ulang Tahun negeriku!
Umurmu sudah lumayan tua, 70 tahun katanya
Merdeka di tahun 45
dengan mengobarkan jiwa raga pejuang kita

Walaupun ada yang tidak puas, mereka bilang negeri ini belum merdeka,
Belum bebas, masih tertindas, masih diinterfensi bangsa lain
Belum makmur, negeri yang katanya terkaya di dunia tapi rakyatnya masih sengsara
Padahal tanahnya subur, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman
Yang perutnya mengandung emas, intan, perak, tembaga  minyak bumi, batu bara,
gas, dan barang-barang tambang lainnya
yang hasilnya sebagian besar dicaplok bule-bule luar negeri

Orang miskin dimana-mana, nilai rupiah yang makin melorot, para koruptor mengkhianati rakyatnya,
Kekurangan pangan, yang ujung-ujungnya masih mengimpor bahan makanan, juga buah-buahan
Karena sawah dan kebun  digilas perumahan
masih dijajah pihak lain
tak bebas menentukan sikap, karena di belakangnya ada negara adi daya yang siap melahap

Ya sudahlah...
Judulnya... proklamasi dibacakan di angka 17, bulan 8, tahun 1945
Oleh Sang Bapak Bangsa Soekarno-Hatta
Dengan linangan air mata dan tumpahan darah segar segenap pahlawan negeri
yang mesti dihargai

Selamat Ulang tahun Republik Indonesia!
Semoga  benderamu menjulang ke langit, melintasi benua, dan  samudera
Agar tak melulu diolok-olok dunia
Buktikan! bahwa kita masih bisa mengaum seperti singa
Terbang gagah seperti elang, dan meluncur seperti hiu 

Menjadi negeri yang mandiri
"BERDIKARI", berdiri di atas kaki sendiri
tak jadi babu di negeri sendiri
Selamat ulang tahun Indonesiaku!
Merdeka!


Jakarta, Agustus 2015

Minggu, 02 Agustus 2015

Kyaiku

Asslaamualaikum Pak Kyai!
Pak Kyai...
Aku kangen menatap embun di wajahmu, embun keikhlasan
Embun yang bisa menyejukkan siapa saja yang ada di dekatnya
Sikap santaimu membuat aku tak merasa engkau kyaiku tapi sahabatku
tanpa menurunkan rasa hormatku atas wibawamu
guyonanmu membuat aku tak malu menertawakan diriku sendiri

Aku kangen ngobrol denganmu Kyai,
berbincang, duduk-duduk di balai bambu
Pakaian kebesaranmu  adalah kaos oblong putih,
sarung kotak-kotak dan peci hitam polos
sungguh sederhana, sesederhana hatimu

Tapi ilmumu tak sesederhana penampilanmu
ilmumu seluas samudera dan setinggi langit yang biru
hatimu bak ilmu padi yang semakin merunduk
ketika semakin berisi
seolah-olah kau tak mengerti apa-apa
padahal isi kepalamu luar biasa

Bumi Persinggahan Permai

Wahai kawan...
Aku masih di sini, di bumi ini, di bumi-Nya Tuhan yang kuasa
dan tiada daya selain-Nya
Diri-Nya yang sering aku ingkari

Kawan...
Kita masih bernaung di bumi yang sama
menghirup oksigen yang sama, berada di bawah kolong langit yang sama
berhiaskan bintang-bintang, planet-planet, bulan dan matahari yang sama

Entah...
Kapan kita meninggalkan tanah ini?
Tanah yang kita pijak, tanah tempat kita menjejakkan kaki pertama kali
Tanah dimana dari perutnya keluar tumbuh-tumbuhan yang kita makan
Tanah dimana keluar segala perhiasan yang kita pakai

Sobat...
Persinggahan ini takkan lama,
buktinya... tak terasa roda jaman menggilas kita
sampai begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia

Mungkin jatah umur kita berbeda-beda
Tapi semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan ridho-Nya
di sawung yang sama, yakni di "Bumi Persinggahan Permai"




Senin, 27 Juli 2015

Video Kehidupan

Sedih...
apabila masa lalu semakin jauh
Usia yang hakikatnya semakin  berkurang
Dan kenangan demi kenangan memenuhi video kehidupan
Dan masing-masing orang  memerankan perannya masing-masing
dan mereka saling terkait, karena suatu video atau film,
tak ada yang aktor/aktrisnya cuma satu

ada banyak peran di sana
Ada peran utama, peran pembantu dan figuran,
Selain pemeran, ada orang di balik layar, ada crew, penata musik,
penata suara, kameramen,sutradara atau pun produser
dan semuanya adalah satu kesatuan, tidak bisa tidak

Sayangnya video kehidupan tak bisa diputar ulang
Satu adegan untuk satu scene, dalam waktu yang sama
kalau ada adegan yang salah , ya sudah, terlanjur direkam
Kita hanya bisa berusaha supaya adegan berikutnya supaya jangan salah
selama masih ada waktu, selama hayat masih di kandung badan
Satu video rata-rata berdurasi 60-70 tahun, ada yang dapat bonus
tapi ada yang lebih cepat dari itu

Kamis, 23 Juli 2015

Masa Lalu

Masa lalu...
kau semakin jauh...
tak ada daya kumengejarmu
aku terpental dalam arungan masa depan
yang menghempas aku

Kini tak kupungkiri,
kau seperti jejak kaki yang tertinggal
tak bisa kubawa pergi
Kenangan bersamamu hanya bisa kulihat dari foto-foto,
video atau pun diary
selebihnya aku hanya bisa termangu....
memandangimu yang semakin menjauh
Setelah itu aku adalah milik hari esok atas kehendak-Nya

Rabu, 22 Juli 2015

Hari ke-6

      Hari Raya idul fitri 1436 H memasuki hari ke-6, Jakarta pun perlahan mulai ramai. Desingan kendaraan terdengar bingar, pertanda bahwa Jakarta telah hidup kembali, setelah mati suri pasca Idul Fitri. aku melihat jam yang ada di sudut layar komputer, menunjukkan pukul 3.40 PM. sinar matahari masih mencorong, udara pun masih terasa panas, walau sudah sore. Warnet DD ini tak begitu ramai, maklum habis mati lampu.
       Dari seberang sana, terlihat mba-mba tukang Bubur Kacang hijau Madura mulai membuka lapaknya. Dengan meletakkan gerobak kayunya di depan rolling door sebuah kios yang sedang tutup. Seorang dari mereka membuka terpal dan spanduk. Dan yang lainnya menyiapkan mangkok, gelas, sendok, kompor dan lainnya. Kuduga mereka adalah kakak beradik.
        Lebaran kali ini memang agak sepi. Aku melihat berita di TV, katanya tahun ini arus mudik turun 4 persen dari tahun lalu. Dalam berbelanja pun rata-rata ibu-ibu menurunkan budget belanjanya. Yang biasa membeli 5 kg daging sapi, kini hanya membeli 2 kg. Yang biasa membeli ayam 4 ekor kini hanya membeli 2 ekor. Makanan kering pun tak distock secara berlebihan seperti tahun-tahun sebelumnya.
         Mungkin karena berbarengan dengan tahun ajaran baru bagi anak sekolah. Oleh sebab itu para orang tua mengalihkan dana mudik untuk keperluan sekolah, misalnya untuk membeli buku atau seragam. Lebaran kali ini memang harus lebih prihatin.

Sabtu, 11 Juli 2015

Bersyukur aja dulu!

      Kalo kita pandangi terus bintang-bintang di angkasa, enggak akan habis hasrat di dunia. Nafsu bikin manusia pengen ngedapetin yang lebih, lebih dan lebih. Betul gak? Contohnya gini, udah punya duit 100 ribu, pengen 200 ribu. Udah ada nih duit 200 ribu, pengennya 1 juta. Udah  dapet 1 juta, masih ngarep 10 juta, 100 juta, 1 milyar, 100 Milyar, 1 trilyun, dan seterusnya sampe puyeng.... weleh weleh!
       Harta juga begitu. Pas lg ngontrak, pengen punya rumah, walaupun rumah petakan. Pas udah kebeli, pengen yang lebih gede. Trus pengen punya rumah mewah 2, 3, 4, 10. Lalu  Pengen punya apartemen yang super wah.
       Bukan gue ngelarang orang untuk kerja keras, tapi sering kali kita di kendalikan obsesi kita sendiri. Kita jadi rakus, sampe lupa waktu. Sampe mengabaikan keluarga, orang tua, anak, pasangan, bahkan kesehatan. Ujung-ujungnya kita juga yang rugi. Misalnya  hubungan kita sama keluarga jadi kurang harmonis, sering sakit-sakitan. Hidup ini harus seimbang. Betul gak?
        Daripada nguber-nguber yang belum kita dapet, mendingan kita syukurin aja dulu.  ada tempe ya makan tempe, ada daging, ya makan daging.

Selasa, 07 Juli 2015

Muallaf

Selamat datang sahabatku...
Selamat memasuki Islam, yang sekarang menjadi agamamu dan agamaku
Selamat... setelah perjalanan panjang persahabatan kita,
setelah pergulatan batin yang hebat yang engkau alami di luar sana
kini engkau menjadi seorang muallaf
Luar biasa

Kini geraian rambut hitammu berlindung di balik juntaian jilbab
dan seluruh auratmu tertutup oleh kain hijab
Wajahmu kian bersinar setelah tersentuh air wudhu
Kini semuanya telah berubah, seiring dengan aqidahmu yang telah berpindah
meninggalkan masa jahiliyah

Entahlah...
aku bangga kepadamu
Engkau ber-islam karena keyakinan, sedangkan aku karena keturunan
Otomatis engkau lebih punya taji dibanding diri ini

ssssttttt...
Sebenarnya aku malu kepadamu sobat...
Imanku gampang merosot, keyakinanku semakin melorot
Kualitas imanmu semakin indah, sedangkan .... diri ini mudah gundah

Engkau semakin taat, sedangkan  aku "TOMAT"
Sebentar tobat, sebentar kumat
Sebentar tobat, sebentar kumat
Sebentar tobat, sebentar maksiat
Sebentar tobat, sebentar maksiat
Bantulah aku sobat...
Nasehati aku supaya aku menjadi hamba-Nya yang taat.

"Perdamaian"

       Perdamaian perdamaian perdamaian perdamaian 2x
       Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai . 
       Wahai kau anak manusia ingin aman dan sentosa. 
        tapi kau buat senjata biaya berjuta-juta.
        Banyak gedung kau dirikan , tapi kau hancurkan . 
        Bingung.... bingung ku memikirnya 2x

Di atas adalah lagu "perdamaian" yang diaransemen ulang oleh Grup Band Gigi. Lagu di atas kena banget ya?

     By the way... perdamaian hanya bisa diucapkan, tanpa bisa dipraktekan. Fungsi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperuntukkan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Builsheet! Omong kosong! Toh yang negeri yang membentuknya adalah negeri-negeri para bedebah, yang biangnya adalah USA. Dan negara-negara pembentuknya mempunyai hak veto, yang dapat membantah perintah dari Sekjen PBB. Keputusan PBB, gimana apa kata Amerika. Amerika bilang A, ya PBB pasti bilang A, Amerika bilang B, yang pasti PBB pasti ngikutin yang B.
       Kalau untuk tujuannya untuk perdamaian dunia, kenapa kantornya di New York? Kenapa bukan di Afrika, misalnya Ethiopia? atau juga bisa di Negara Asia, di India, atau di Indonesia?

Selasa, 30 Juni 2015

Janji (cipt. H.Rhoma Irama)

Janji
(Vocal : Evie Tamala)

Sorga yang engkau janjikan
neraka yang engkau berikan

manis yang aku khayalkan
pahit yang aku rasakan

Tingginya janjimu padaku 
mengalahkan langit yang biru

Manisnya janjimu padaku 
mengalahkan manisnya madu

Reff
Dulu kau berlutut di kakiku 
untuk mengharap cintaku

Hingga terbuka mata hatiku
tuk menerima cintamu

Namun setelah kujatuh cinta padamu
Engkau begitu tega melupakan aku

Ingin Berpetualang ( jilid 2)

          Tak disangka dan tak diduga hari lebaran tahun lalu, malamnya aku diajak keluarga besarku bertolak ke Semarang, Jawa Tengah. Tujuan utama kami adalah berziarah dan bersilaturahmi  ke saudara-saudara yang ada di sana. 
      Entah mengapa tempat yang aku ingin sambangi terwujud, karena kami pakai bus carteran. Otomatis kami melewati kota-kota lain sebelum sampai di Semarang. Antara lain Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Batang, Weleri, dll. Esoknya kami bisa mengunjungi Salatiga dan Ungaran. Alhamdulilah... target pertualangan jadi berkurang untuk Pulau Jawa.
     Bisa kulihat Lawang sewu, yang dalam bahasa Indonesia berari "Pintu Seribu". Gedung tua dengan banyak pintu, yang kerap kali jadi bahan perbincangan orang yang sudah pernah kesana. Tentunya tak lepas dari hal-hal mistisnya. aku juga melewati Klenteng Sam Po Kong yang merupakan petilasan Laksamana Cheng Ho seorang muslim, pimpinan Armada Angkatan Laut Cina. Yang pernah berlabuh di Pantai Simongan, Semarang. Beliau juga turut andil dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa.
       Rasa hati ingin menuju  pondok pesantrennya Gus Mus di Rembang, tambang minyak bumi di Cepu, Masjid Tua Demak, berjalan kaki di Banyumas, berkeliling di sekitar Gunung Lawu, wisata kuliner ikan laut di Tuban, mengelilingi Perkebunan apel di Malang dan sekadar melongok Lumpur Sidoarjo. Dan pastinya akan menjadi bahan tulisan. Tapi aku tak ngoyo, semua itu bisa terjadi kalau Tuhan mengijinkan. Insya Allah. 

Selasa, 23 Juni 2015

Gila Batu Melanda Negeri

        Dimana-mana orang tergila-gila dengan batu. Mungkin karena pemimpin-pemimpinnya pada kepala batu kali ya? Pemandangan di jalan-jalan kita bisa lihat, contohnya di jl.Raya Joglo, Jl.Ciledug Raya, jl.kostrad, di belakang PT.Gramedia Palmerah, dan tempat-tempat lainnya. Betapa batu-batu akik di pajang secara eksklusif di etalase-etalase. Jenis yang lagi populer saat ini adalah Batu Bacan, Safir, Kalimaya, Kecubung, Panca Warna, Pandan, dan Giok.
        Batu-batu itu seolah-olah logam mulia, harganya pun melangit, melebihi harga emas. Bahkan ada yang berharga 3 Milyar per cincinnya. Di era globalisasi, di jaman edanisasi ini, banyak hati yang membatu, diakibatkan kerasnya hati. Merasa benar sendiri, hebat sendiri dan tak mau mendengarkan orang lain. Batu-batu tak bernyawa itu dipuji dan dipuja layaknya dewa. Entahlah... sampai kapan gila batu melanda negeri ini?
          Batu akik masih menjadi trend topik perbincangan, baik anak muda maupun orangtua, terutama para lelaki. Segala tempat jadilah buat obrolan tentang batu. Bisa di pinggir jalan, pos ronda, pekarangan mesjid, kampus, warung kopi, ataupun kafe. Transaksi pun bisa dimana saja, asal penjual dan pembeli setuju, jadilah, cash and carry.

Minggu, 21 Juni 2015

Melebarkan Hati

     Hari ini memasuki hari ke-5 di bulan Ramadhan, tahun 1436 H. Hawa mendung menyelimuti daerah Petukangan Utara ini. Syukurlah, udara tak terasa panas seperti hari-hari sebelumnya. Sinar Mentari redup, bak lampu pijar berdaya 5 Watt.
     Puasa... berat saat melakukannya, tapi begitu cepat terlewati di saat tak  puasa. Lebaran semakin mendekat. Mendekati pasar, pusat perbelanjaan, terminal, bandara dan pelabuhan . Target membeli sekian potong pakaian per anak sudah menjadi agenda tahunan. Sudah banyak orangtua yang memberi anak-anak mereka pakaian baru. Mau tak mau baju baru harus ada. Paling tidak untuk anak-anak kecil, supaya tak ngambek. karena toh mereka belum mengerti makna hari raya yang sebenarnya.
         Kalau saya tak salah, arti kata "LEBARAN" adalah melebarkan hati, melebarkan pintu untuk saling minta maaf dan memaafkan. Kalau hati sudah lebar, maka aroma dendam akan sirna.

Kamis, 18 Juni 2015

Belajar Ilmu Ikhlas

     Ikhlas... satu kata yang sangat mudah diucapkan, tapi sangat sulit dilakukan. Bahkan Imam Al ghazali berkata, "Ikhlas hanya ada di hati, tak pernah terucapkan. Kalau ikhlas sudah terucapkan, maka butuh keikhlasan berikutnya". 
     Sepengetahuan saya, kata "ikhlas"dalam Bahasa Arab artinya murni. Maksudnya melakukan segala sesuatu murni hanya untuk Allah semata. Bukan karena ingin dapat imbalan, pujian dan balasan dari mahluk lainnya. Kalau melakukan sesuatu bukan karena Allah, namanya bukan ikhlas.

Semoga bermanfaat

Rabu, 17 Juni 2015

Lelah Menjalani Hari

         Lelah terlewati hari, lelah menjalani hari, yang membuat aku muak. Muak dengan segala problema yang memuncak. Energy telah habis untuk urusan birokrasi. Dioper sana oper sini, persis seperti bola. Ditendang dari pemain yang satu ke pemain yang lain, sedangkan kami rakyat kecil cuma dijadikan obyek.        
          Aku pusing dengan masalah yang kian menghadang. Segala urusan bentrok dengan yang namanya uang. bohong kalau gak pakai uang. Semuanya builtsheet. Omong besar. Mau kuliah duit, mau kerja duit. Mau kencing aja duit.
       Benar kata Jamrud dalam sebuah syair, "Berakit-rakit ke hulu, berenang kita  ke tepian. Bersakit dahulu, senang pun tak datang, malah mati kemudian". Pas banget tuh lagu. 

Minggu, 14 Juni 2015

Ingin Memakai Seribu Topeng

Maaf bu....
Aku merasa belum bisa membahagiakan orangtua, khususnya dirimu
Walau kau tak menuntut macam-macam dari anak-anakmu
Tak minta diberi uang banyak, tak minta dibelikan rumah mewah,
mobil mewah, makan di restoran yang wah
tak berharap diajak plesiran keliling eropa, keliling dunia
ataupun menginap di hotel bintang lima
Bukan, bukan itu maumu

Engkau hanya menginginkan kami, anak-anakmu ada di dekatmu,
tanpa terkecuali ...
Bagimu yang terpenting adalah melihat anak-anak dan cucu-cucunya sehat wal afiat
Itulah bahagiamu

Aku merasa mati kutu di hadapanmu bu...
Malu... seakan aku ingin memakai seribu topeng,
untuk menutupi maluku, karena belum jadi anak yang berbakti,
belum menampilkan prestasi diri,
dan belum maksimal memberimu bahagia

38  tahun usiaku, rasanya belumlah cukup
untuk menebus dosa-dosaku kepadamu
menebus kesalahan-kesalahan yang kulakukan, dan kata-kataku yang menyakitkan,
Beribu kebaikan tak cukup rasanya, untuk menutup budi kepadamu ibu...
 Ibu juara satu sedunia

Semakin Dekat

      Dia makin dekat, semakin merapat, ditandai Bulan Sya'ban yang terasa singkat. Tinggal 3-4 hari lagi Ramadhan tiba di sini. Ditandai ITC Cipulir yang kian padat dijejali para pembeli. Diiringi harga rokok yang sudah menanjak, harga telur pun tak mau kalah, perbutirnya saja sekarang sudah Rp 2000. Naik Rp 500,- dari harga sebelummya. Otomatis nantinya harga-harga sembako ikut-ikutan naik. Yang pasti... daging sapi  dan ayam potong bakal naik, dan semakin naik, sampai Hari Raya Idul Fitri. 
       Sudah biasa kalau harga-harga di negeri ini naik, jusru kalau turun yang aneh. Betul tidak? Tiket kereta dan pesawat telah habis diborong para calon pemudik. Kamar-kamar hotel-hotel kelas melati sampai bintang 5 ludes, sudah dibooking calon-calon tamu. Bahkan di bank-bank orang mulai ramai menukar uang receh buat angpao lebaran. Baju-baju koko dan mukena telah dipersiapkan untuk taraweh. Dan petasan tak mau telat ambil bagian, sudah terdengar ramai sebelum Ramadhan. 


Rabu, 10 Juni 2015

Musafir yang Tersesat (Diary)

      Apa yang sedang terjadi dengan diriku? entahlah... aku sendiri tak tahu. Aku seperti musafir yang kehilangan arah, tersesat di padang pasir yang luas. Aku membawa bekal yang sangat banyak, tapi keberatan beban, hingga tersungkur akibat barang bawaan. Peta yang aku bawa tak jelas, maka bekalku hanya habis untuk hidup beberapa hari di padang pasir. Aku kelaparan dan kehausan sebelum sampai tujuan.
        Ternyata kebahagiaan adalah ketenangan, ketenteraman. Aku ingat dengan firman-Nya dalam alquran, "Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS Arra'du ayat 28)." MakaTak ada ada jalan lain untuk menjadi  tenang, tenteram, yaitu bertaubat,  kembali pada-Nya.

Senin, 08 Juni 2015

Surat buat Ibu 3

Bu...
aku masih menjadi anakmu yang menyusahkan
aku malu bu, sampai detik ini masih belum mandiri
masih mendompleng dengan orangtua
Dan belum mampu "BERDIKARI", berdiri di kaki sendiri

Bu...
Kau tak pernah lelah bekerja dan berdoa
demi anak-anakmu energimu rasanya takkan pernah habis
berjuang, berjuang dan berjuang
agar kami, anak-anakmu bisa bertahan

Hatimu bak baja yang kuatnya tak ketulungan
Nyawamu seakan ada seribu, karena jiwamu takkan pernah mati

Jelang 40 (Puisi)

Tuhan....
Usiaku tak lama lagi 40
Usia yang semakin ditakuti untuk orang-orang yang beranjak tua
Rasanya tak ingin tua, Tuhan...
Tapi takdir-Mu tak bisa dipungkiri
seperti nikmat-Mu yang sering aku ingkari

Banyak hal yang belum aku lakukan
Belum ada prestasi yang aku torehkan
Belum cukup bakti kepada orangtua yang aku persembahkan
Tapi waktu beranjak begitu cepat,
rasanya secepat menyeruput kopi panas

Rasanya belum lama aku kecil
memakai celana pendek, berlarian main pedang-pedangan,
pistol-pistolan. atau bertelanjang kaki main layang-layang di jalanan.
Ramai-ramai pergi mengaji, bersarung dan berkopiah menuju musollah,
memukul bedug bersama kawan-kawan saat takbiran
Itu semua terasa baru kemarin

saat beranjak besar,
merasakan cinta monyet ala ABG, saling curi pandang,
tak berani mengungkapkan rasa hati yang semakin deg-degan
Disambung dengan cinta anak SMA yang penuh hura-hura
itu semua terasa baru sekejap

Lalu bekerja...
Berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain
Dari perusahaan yang satu ke perusaahaan yang lain
Merasakan pahit getirnya menjadi seorang kuli,
demi mendapatkan nasi satu kwali

Merasakan asam garam kehidupan
Bak menikmati hidangan yang sedang disajikan
Semua harus ditelan, apa pun konsekwensinya,
demi mendapatkan pelajaran dalam sekolah kehidupan

Masa lalu semakin jauh, Tuhan...
malaikat maut semakin dekat untuk menjemput
Aku semakin takut Tuhan...
Dekap aku dengan Rahman dan Rahim-Mu

Minggu, 07 Juni 2015

Ramadhan Datang Lagi

     Selamat datang wahai Ramadhan! Bulan bonusnya umat Nabi Muhammad. Segala macam kebaikan dilipat gandakan. Rahmat dan Ampunan digelar habis-habisan. Keberkahan dilimpahkan di bulanmu Ramadhan. Syukur alhamdulilah. Dalam sebuah hadist, Rosulullah SAW bersabda, "Andai umatku mengetahui keistimewaan bulan Ramadhan, nicaya mereka menginginkan satu tahun dijadikan bulan Ramadhan semua."
      Hawa Ramadhan mulai merayapi bumi, serasa minggu-minggu ini Ramadhan sudah datang, tapi belum, masih seminggu lagi. Tapi seakan-akan dia telah datang, memeluk kita, Umat Muhammad. Marhaban ya Ramadhan! Iringi kami menggapai rahmat, ampunan dan pembebasan api neraka dari-Nya. Amiiin .
      Umat muslim akan berduyun-duyun menuju masjid untuk menunaikan sholat taraweh. Tak kalah mantap, ada ibadah yang sangat kugemari, yaitu berbuka puasa bersama di mesjid. Berkumpul di mesjid, saling ngobrol dan silaturrahim dalam satu wadah, yaitu uhkuwah islamiyah.

       

Selasa, 02 Juni 2015

Surat buat ibu 2 (Puisi)

Selasa, 2 Juni 2015
Buat Ibu terbaik sedunia
di Jakarta

Bu... aku masih di sini, di kota ini,
Aku masih belum bisa membahagiakanmu,
seperti halnya teman-temanku membahagiakan ibu-ibu mereka.

Bu... aku merasa jadi anak yang gagal membahagiakan orangtuanya,
khususnya ibu.
Aku tak tahu harus berbuat apa,


Senin, 01 Juni 2015

Hujan Datang Lagi

       Setelah sekian bulan bumi Batavia kian mengering. Debu melayang-layang di udara, seperti gumpalan awan. Hawa panas melanda warga Jakarta. Kini sang hujan datang lagi. Kupikir hujan bakal lama tak turun mengguyur Kota Metropolitan. Tapi nyatanya hari ini hujan turun 2 kali, tadi siang dan tadi sore. Syukur alhamdulilah... hujan datang lagi. 
       Air hujan dengan cepat menyerap ke bumi, dan hawa sejuk mulai merayap. Bahagia rasanya, hujan turun lagi. Pohon-pohonku tak usah disirami lagi. 

Jumat, 29 Mei 2015

'Bintang Kehidupan" (diary)

      Aku semakin bingung dengan langkahku. Semakin jauh langkahku, semakin bingung aku melangkahkan kaki ke tujuan selanjutnya. Sungguh, aku adalah orang tolol yang kian bingung harus berbuat apa. Kemanakah aku kan melangkah? diriku masih sepi. Sepi yang tak ada pelipur lara di sisi. Aku mahluk aneh dalam gempitanya dunia. Orang-orang sudah ke bulan, aku masih di sini-sini aja. Aku sendiri tak tahu, siapa aku?
     Kalau boleh meminjam kata dari Mas Deddy Dores, dari Syair lagu Bintang Kehidupan, "Jauh sudah langkahku, menyusuri hidupku, yang penuh tanda tanya. Walau hati bimbang... menentukan sikapku, tiada tempat mengadu. Hanya iman di dada, yang membuatku mampu... tetap tabah menjalani". Syair tersebut memang cocok buatku. Seorang lelaki yang sampai detik ini belum menemukan jati dirinya. 

Minggu, 17 Mei 2015

Kenapa di Saat Pagi?

   
        Ibu-ibu muda sibuk menyiapkan sarapan. Bekal panganan sudah dimasukkan ke dalam tas-tas anak-anak mereka yang akan berangkat ke sekolah. Diiringi siaran berita pagi di TV. Mba-mba tukang sayur berseliweran mengitari seisi kampung beserta gerobaknya yang setia. 
          Dalam suatu rumah ada mata-mata  membeliak. Kemarahan melanda mereka, dan wajah-wajah cemberut membuat kusut pagi. Apa yang terjadi pada kalian? Di saat burung-burung bernyanyi, kokok ayam bersahutan. Dan embun-embun masih tersisa di dedaunan, kalian sibuk membuat kegaduhan. Cerahnya pagi kian hilang, seperti tukang jamu yang lenyap di tikungan.
           Aku tak habis pikir, "Apakah kalian tak menyukai pagi? apa target dunia membuat kalian mumet? Sampai lupa dengan nikmat yang sudah   didapatkan sampai pagi ini. Kenapa di saat pagi? Apakah tak ada waktu lain?
          Sayang loh! pagi yang harusnya sumringah kok jadi marah-marah? 

Senin, 11 Mei 2015

Aku butuh embun, Tuhan...

Tuhan...
Ingin rasanya mengaji, di pegunungan yang tinggi.
Dimana kesejukan menyelimuti diri.
Aku butuh embun, Tuhan...
Embun yang bisa membuat keras hatiku tersirami







Sabtu, 25 April 2015

"Libur Kecil Kaum Kusam"

     Tak terasa dua minggu sudah aku bekerja di Percetakan Sida Warna. Walau Hari Jumat kemarin aku tak masuk, karena sakit. Badanku terasa remuk redam. Mungkin terlalu over kerja, memenuhi orderan yang sudah mendekati dateline. Ya namanya juga resiko kerja, sudah biasa.
     Hari ini, Sabtu 25 april 2015, aku pulang sekitar jam 5 sore, membuat aku sedikit bebas untuk menghibur diri. Makan pecel lele dan nongkrong 3 jam di warnet. Mumpung abis dapat uang makan, hitung-hitung kayak lagunya Iwan Fals, "Libur Kecil Kaum Kusam", hehehe.
     Walau tak kupingkiri, aku sering tak mensyukuri nikmat-Nya. Kini aku mencoba menancapkan kata, "Alhamdulilah", dalam hatiku. segala puji bagi-Nya dan tak ada sekutu bagi-Nya. Terimakasih ya Robb.

Minggu, 19 April 2015

Seminggu Sudah

    Seminggu sudah aku bekerja di sebuah percetakan kecil, "Sida Warna", di Bilangan Kebayoran lama, Pinggiran jakarta selatan. Seumur hidup tak terpikirkan di otakku, kalau akan bekerja di percetakan. Mungkin ini cuma batu loncatan, tapi aku menjalaninya dengan sepenuh hati. belajar untuk terus bersyukur dan berfikir positif, Insya Allah semuanya akan baik-baik saja. 
      Hidup memang aneh, yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Tapi yang tak diharap menghampiri. Jalani saja, itulah yang aku lakukan. Memulai pekerjaan-pekerjaan sederhana, seperti melipat, mensteples box kertas, nge-print  dokumen, dan wira-wiri ke percetakan rekanan adalah agendaku seminggu ini. 
     Ternyata bekerja di percetakan asyik juga ya? Aku menikmatinya, sama halnya waktu aku masih kerja di restoran dan perusahaan riset. Semuanya asyik, kalau dinikmati. Terkadang gaji urutan kesekian, kalau hati sudah merasa nyaman. Dan anehnya aku tidak keberatan ketika sang bos menyuruh aku lembur selama tiga hari berturut-turut sampai jam 10 malam. Badan memang pegal-pegal, tapi kan bisa diakali? dengan minum jamu pegal linu misalnya.  Tapi jangan lupa, uang lemburnya ya Bos! hehehe...

Rabu, 08 April 2015

"Patang Ewu Le!"

      Seperti biasa aku menyusuri sekitar Kali Pesanggrahan untuk berolahraga. Dengan setelan kaos oblong putih plus celana bola biru aku bejalan santai dengan bertelanjang kaki. Kali Pesanggrahan ini diapit oleh dua jalan hotmix (beton) yang cukup lebar, di sekitarnya ada danau-danau tempat penampungan air. Antisipasi Pemda DKI dalam mencegah banjir saat air kali meluap.
      Hatiku langsung tertuju pada danau yang paling sudut, danau berbentuk segi tiga dengan kedalaman maksimal 6 meter. Anda tau, apa sebabnya? Karena di sana ada tukang nasi uduk yang lumayan enak dan murah, hehehe. Danau ini dikelilingi semacam lintasan lari yang terbuat dari konblock. di belakang konblock ada tanaman-tanaman pelindung yang belum lama ditanam, sehingga belum rimbun. Di belakang konblock itulah langganan nasi udukku berada. Warung beratap terpal seadanya ini, cuma terdiri dari meja kayu bertaplak plastik bening, bangkunya berada di seberang konblock, beralas tanah berkerikil yang diselingi rumput-rumput. Posisinya berada di belakang danau.
      "Makan Bude!", pesanku. "Pake apa Le?". Pake orek, bihun, sama tahu isi". "Iki Le (ini nak)", sang bude menyodorkanku piring besar berwarna cokelat berisi pesananku. Hanya berisi setengahnya, karena bude tau, makanku tak pernah banyak. Bude sibuk melayani pembeli yang lain, maka aku mengambil sendiri air minum. Aku tuang air teh hangat dari teko alumunium ke gelas berwarna cokelat. Lalu aku duduk di tanggul danau.
        sambil menikmati suasana, enak juga. Kulihat orang-orang yang melintasiku, ada yang berlari-lari kecil, berjalan, ada yang berusia tua taupun muda. Ada ibu-ibu, bapak-bapak, dan ada juga anak-anak yang mengekori orangtuanya yang sedang jalan pagi. Mentari  mulai menyembul keluar, tanda pagi ini semakin cerah. Tak terasa nasi udukku telah habis. "Berapa Bude?",  tanyaku. "Patang ewu Le! (Rp 4000,- nak)", jawab Bude.  "Murah sekali harganya", benakku. Bude memang selalu berbahasa Jawa padaku, untungnya aku sedikit-sedikit mengerti Bahasa Jawa.
       Setelah acara sarapan selesai, aku melangkah menuju danau yang paling lebar. Menyusuri hotmix kembali, aku menuju ke arah barat. Di sebelah kanan kiriku ada paku bumi yang belum dipasang. Benda yang bentuknya seperti pinsil beton ini  jumlahnya ratusan, bahkan ribuan buah.


     
        

Senin, 06 April 2015

Surat buat Ibu 1 (puisi)

Bu ...
Aku takkan pernah bisa membalas budimu
takkan pernah bisa menyayangimu melebihi sayangmu padaku
Ku takkan pernah bisa menandingi pemberian tulusmu padaku

Aku yang tengil ini, seringkali merasa sudah berbakti padamu
padahal... tidak, belum apa-apa dan belum seberapa,
belum seujung kukumu
Aku yang sering tak mengacuhkanmu, cenderung melupakanmu
Maafkan aku bu...

Maafkan aku bu... yang sampai hari ini, sampai detik ini....
belum jadi anak yang membanggakan,
cenderung jadi anak yang sering merepotkan
dan menyebalkan

Maafkan aku bu...
Engkau banting tulang, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala,
memanggul beban berat keluarga 
sedangkan, seringkali aku keras kepala

Saat aku jauh darimu... engkaulah radar terhebat
yang dapat mendeteksi hatiku,
begitu besar rasa cemasmu memikirkan aku
Sedangkan aku?
Aku sering tak peduli, dan tak ambil pusing bagaimana rasa khawatirmu

Maaf bu... aku belum bisa jadi anak yang berbakti
aku bukan anak hebat yang engkau miliki
sedangkan engkau....
Ibu terhebat yang aku miliki, ibu terkuat yang pernah ada
Ibu juara satu sedunia


Geliat Dangdut di D' Academy 2

     Entah kenapa? aku pun tak tahu jawabnya. Belakangan ini aku suka sekali mendengarkan lagu-lagu dangdut, walaupun tak pandai menyanyikannya. Maklum, suaraku fals, hehehe. Atau mungkin gara-gara kompetisi dangdut yang sedang membeliak di TV-TV? Aku juga tak mengerti. Aku hanya penikmat dangdut, bukan kritikusnya.
      Acara DA2 (Dangdut Academy 2) Indosiar  merajai acara musik dangdut di tanah air. Bakat-bakat para penyanyi muda sungguh mengesankan. Bibit-bibit pedangdut profesional bermunculan dari pelosok negeri. Contohnya Ayu, panelis asal Cirebon yang baru berusia 15 tahun dan Ega asal kuningan 16 tahun sudah lolos ke babak 15 Besar. Walaupun tak lolos ke 10 besar, tapi Ayu patut diacungkan jempol. Karena sudah menyingkirkan ribuan peserta dalam audisi, merupakan suatu kehebatan. 
   Bahkan si kembar Rizki-Ridho (16 tahun) masuk babak 10 besar. Sampai Indosiar memberikan kehormatan pada mereka ke babak 10 besar, jadi 11 besar. Walaupun awalnya mereka tak lolos, tapi Indosiar memberikan pengecualian. Mereka dinilai ikut mengembangkan animo anak-anak muda untuk menyukai musik dangdut. Fans mereka rata-rata anak remaja dan ABG. Dangdut tak lagi identik dengan golongan tua. tapi sekarang dangdut digilai anak-anak muda.Woow!
        Kursi dewan juri diisi Saeful Jamil, yang sering memberikan kritik pedas. Inul Daratista yang sering memberikan hadiah para kontestan ada di sana. Ternyata idolaku juga ada di sana, Mba Iis Dahlia dan Bunda Rita Sugiarto. Dan Uda Beniqno tak ketinggalan ikut ambil bagian dalam penjurian.
       Tak seperti dalam acara-acara musik lainnya, D'Academy 2, menampilkan 4 MC kawakan sekaligus. Antara lain, Irfan Hakim, Rina Nose, Andika Pratama, dan Ramzi. Celotehan-celotehan konyol mereka dijamin bisa mengocok perut para pemirsa. Apalagi ditambah tim penilai aksi panggung dan tata rias-busana Soimah dan Ivan Gunawan sang designer tambun ikut menggelakkan tawa para penonton.
      Musik pengiring, yang gawangi The Band, bukan alang kepalang... hebat nian. Penata lampu juga sangat hebat, para penonton dimanjakan dengan taburan cahaya yang megah. kerlap-kerlipnya membuat hati sumringah. 

Jumat, 03 April 2015

Gedung Cokelat yang Menjulang ke Langit (catatan perjalanan)

      Kira-kira pukul 09.00 WIB, aku mulai menjalani Honda Supra X-125-ku. Niat hati menuju ke Perpustakaan Nasional. Di awali dengan mengucap, "Bismillahi tawaqaltu a'lallahu lahawla wala quwwata illa billah", si kuda besi mulai melaju pelan, keluar dari Gang Warga, di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, tempat kediamanku. Jl.Ulujami Raya aku lewati.
         Sampailah di lampu Merah Perdatam, aku belok ke kanan, kearah Cipulir. Tapi apa yang terjadi? Pasar Cipulir macet parah, antrean panjang segala macam kendaraan tak terelakkan. Bus mayasari Bakti, Metromini, Kopaja, metromini, mobil box, dan lain-lain  berjejer dengan semerawut. Sepeda motor pun harus menunggu lama untuk sekadar merayap, apalagi mobil? Ruas jalan semakin menyusut, karena ada pembangunan jalan Bus Way. Belum lagi gerobak-gerobak yang mengangkut berkodi-kodi pakaian, turut andil menyumbang kemacetan.
      Aku tak mau ambil pusing, itu memang sudah sifatku. Kuambil jalan tikus. Kubelokkan ke kiri sang tunggangan. melewati Jl. Halimah, SMP Negeri 267, atau  anak-anak sekolah menyebutnya "DONAT", yang merupakan singkatan dari Dua Enam Tujuh. Sedikit salah jalan, tapi ketemu juga Jl Swadarma Raya, jalan yang masih menyediakan tempat untuk dokar beroperasi dari jaman kuda gigit besi. 
      Meluncur lurus lalu belok ke kanan, melewati daerah Kebayoran Lama, Permata Hijau, Pejompongan, Dukuh Atas, Terminal dan terowongan Manggarai, Matraman lalu belok kiri. Kantor Kementerian Sosial, berarti aku harus mengendurkan tarikan gas dan siap-siap menekan pedal rem. Karena  di sebelahnya sudah berdiri gedung coklat yang menjulang ke langit, itulah Perpustakaan Nasional.
      Pukul 10.01, aku sudah ada di depan Ruang baca Koran dan majalah di lantai 1. Lalu aku memasukinya dan berjalan ke pojok kiri ruangan, tempat koran-koran berjejer. Kuambil Koran Sindo, , membacanya dengan santai , sambil dielus-elus hawa sejuk AC. Koran tersebut hanya kubaca di berita hiburan dan olahraga saja, sedangkan berita berbau politik aku abaikan  aku memang sejak lama tak tertarik, karena mengulasnya hanya membuat aku sakit kepala.
      Gemuruh hujan terdengar dari ruangan. pukul 12.30 perutku mulai keroncongan, tandanya waktu makan siang sudah menyapa. Kukeluar ruangan, menuju ke pelataran gedung, untuk memastikan, hujan sudah berhenti atau belum? ternyata hujan hanya menyisakan gerimis, dan tak lama pun ia behenti. Rasanya ku sudah bosan di sini, lalu aku menuju tempat parkir motor. Kudapati kuda besiku sudah kuyup. Kuambil lap untuk menyekanya.
      Aku meluncur perlahan, sambil mataku mencari-cari tempat makan yang murah meriah, maklum kantong sedang tipis, hehehe. Ternyata di Jl.Salemba Raya, warung-warung kaki lima tidak kelihatan. Memang minggu-minggu ini di Jakarta banyak penggusuran warung kaki lima oleh Satpol PP. Aku keluar masuk gang di Daerah kenari, "Dimana Warteg-warteg yang dulu ada di sini?", tanya batinku penasaran. Tapi tak kutemukan, yang ada paling-paling Nasi Padang.
         Kuteruskan perjalanan, tibalah aku di Jl. Raden Saleh, melewati hotel-hotel dan kantor-kantor. Tak berapa lama, terdengarlah, "Gedubraak" Suara itu berasal dari motor matic putih  yang ngesot, yang tadi menyalip aku. Sebetulnya sedan hitam di depannya tak mengerem mendadak. Tapi karena melaju kencang di jalan yang basah, si Mio yang ngerem mendadak pun ngesot,  persis 10 cm di belakang sedan mengilat tadi. Tadinya aku mau berhenti, untuk membantu membangunkan sepeda motornya, tapi kan tidak bisa mendadak. Aku pun menepi ... dan posisiku melewati mio putih yang tegeletak tadi. Aku menoleh ke belakang, Tapi penunggang motor matic itu sudah membangunkan kuda besinya. Aku pun menarik gas, dan Supra-X-ku yang sudah hampir berhenti, berjalan lagi.
      Tak lama kemudian, kutemukan warung nasi dekat kantor lamaku, di Jl.Cilosari. Tapi lagi-lagi aku dikagetkan oleh hal-hal yang tak biasa. Warteg langgananku dulu kini telah berubah. Dulu bangunannya semi permanen, tapi sekarang jadi warung tenda sederhana yang nongkrong di atas trotoar. Atapnya terbuat dari terpal biru yang usang, kursinya kursi plastik, mejanya terbuat dari triplek tanpa taplak, kaki mejanya dari kayu yang tak diserut. Di depannya ada gerobak. Sepertinya ini warung darurat, yang kapan pun bisa  dibongkar pasang kalau ada razia. Semuanya memang sudah berubah, orang bilang, "Lain dulu lain sekarang". Dunia pasti berubah.
       Aku makan sepiring nasi, berlaukkan sayur asem, telur dadar, plus tahu goreng berbalut tepung. Setelah kenyang, aku berjalan ke pemilik warung, berapa bu?", tanyaku". "Pake apa?" sang ibu warung balik bertanya. "Pake sayur asem, telor dadar, tahu goreng". "Lapan ribu mas!", jawabnya. "Makasih bu".  Lalu kutunjuk gedung hijau, sepertinya sebuah madrasah. Karena lupa, untuk meyakinkan diri aku bertanya, "Di belakang ini masjid  ya bu". " Iya, motornya bawa aja mas, parkirnya di depan masjid". "Makasih ya bu"  "Ya", si ibu warung mengangguk pelan.
        Setelah sholat. membaca Al Quran sebentar, lalu merebahkan diri  di saff belakang. Mesjid ini mesjid terbuka. Maksudnya tanpa jendela, tanpa daun pintu... hanya di batasi sepotong triplek, temboknya cuma setinggi 1 meter. Aku menikmati angin yang berhembus dari kipas angin di internit.  Sambil rebahan, aku memfoto bagian dalam mesjid. Setelah puas beristirahat, aku pun melangkah pulang.

The End
         

Selasa, 31 Maret 2015

"Pulau di Ketinggian"

     Entahlah aku harus bicara apa? Aku sebenarnya tipe penulis yang hanya mau membuat tulisan yang adem-adem saja. Tapi saat ini darahku mendidih, ketika alam semakin dirusak. Sore ini aku melihat postingan guru menulisku, Gol A Gong di sosmed, tentang penggusuran bukit di Jalan Lingkar Selatan Cilegon, Banten. Di foto bentuknya sudah sudah seperti pulau di ketinggian, di sekelilingnya jurang-jurang mengerikan. Sudah pohon-pohonnya habis, tanahnya dikeruk, batu-batunya diambil juga. Hanya satu kata yang bisa keluar dari lisanku, "Menyedihkan". Jangan salahkan alam kalau mencari keseimbangannya sendiri, terjadi longsor ,amblas, atau disapu air laut ketika pasang!
    Alam kok digerus terus? tak puaskah petinggi negeri yang  mengeksploitasi bumi? Khususnya Banten, masihkah bumi Banten harus dilubangi tanahnya untuk mendapatkan pasir, emas atau intan? Dipangkas bukit-bukitnya untuk dijadikan pabrik-pabrik. Ditebang pohon-pohonnya untuk pembangunan gedung, ditimbun sawah-sawahnya buat dibangun perumahan. Para aktivis sudah berkoar-koar... berdemo sampai berbusa, penulis-penulis sudah kehabisan tintanya, menegur tingkah mereka. Tapi mata hati mereka sudah buta, telinga mereka tuli. Apakah cuma kiamat yang bisa menghentikan mereka?

Senin, 30 Maret 2015

Sang Juara


      Kadang sedih, marah , gembira, tertawa, galau, sebel, kangen, dan benci. Itulah contoh peran-peran yang kita mainkan dalam hidup. Tak bisa dipungkiri, tapi bisa disyukuri. Kita seperti berada di atas panggung. Selama hayat masih di kandung badan. Panggung Sandiwara, itulah yang dinyanyikan Ahmad Albar. Kita memang sedang bersandiwara di dunia. 
       Dari kita lahir, tumbuh sedikit demi sedikit... mulai dari buaian, merangkak, merambat, berjalan, berlari, kemudian kita bisa melompat. Bahkan bisa melakukan lompatan-lompatan spektakuler, seperti salto dan koprol.
     Kita memang ditakdirkan untuk berpacu, menjadi yang tercepat, pertama dan terbaik. Mulai dari sebuah sel  sperma, berlomba dengan jutaan sel-sel yang lain kita menuju tuba falopii. Dalam perjalanannya banyak yang mati dan tersisih. Singkat cerita... ternyata hanya satu yang berhasil membuahi ovum (sel telur). Dialah, yang terhebat,  terkuat dan survive. Berarti... masing-masing dari kita bisa jadi sang juara. Entah itu bentuknya, mungkin dalam musik, olahraga, pendidikan, sains, dan lain-lain.

Kamis, 26 Maret 2015

Bubur Ayam Spesial

     Aku memang sampai detik ini belum menikah. Tapi apakah harus disindir habis-habisan? dari sindiran  ringan, kapan kamu nikah? nanti keburu kiamat lho...  sampai sindiran berat, apakah kamu tidak takut, saat kamunya udah tua dan gak bisa cari duit? apa kamu sukanya sama cowok? sampai sindiran jorok. 
     Mereka boro-boro bantu dana, bantuan moril yang sifatnya menenangkan pun tidak. Aku pusing dan gerah dengan sindiran nyinyir mereka, aku bosan dengan sindiran pedas yang sudah tahunan itu.  Sindiran mereka lebih kearah menghina. Bagaimana tidak marah, kami yang sudah umur 30-an, harus diledek, didesas-desuskan tidak enak, dan dijodoh-jodohkan secara tidak karuan? Kami juga punya rasa, punya hati. Bahkan hati kami jauh lebih lembut ketimbang orang-orang yang sudah membuat kami sebel, tidak nyaman, dan merasa tersisihkan. 
       Jangan salahkan kalau di antara kami ada yang sampai menampar, memukul., dan menghantam. Karena sakit di hati orang-orang seperti kami melebihi sayatan pisau belati.  Setiap orang, setiap manusia, idealnya memang sudah menikah di saat usia maksimal 30 tahun, tapi apa boleh buat jika di umur 31, 32, 33 dan seterusnya belum menikah juga. Seandainya waktu bisa disetting ulang, kami ingin nikah di usia 20 tahun . Tapi itu tidak mungkin, nasi sudah menjadi bubur. Tugas kami adalah, membuat bubur itu jadi spesial. Dengan menambahkan ayam goreng, kacang polong, seledri, kecap, cakwe, sedikit sambal dan taburan bawang goreng. Benar-benar bubur  ayam spesial ternikmat yang pernah ada.
        Walaupun bagaimanapun kami manusia juga, ingin dimanusiakan selayaknya manusia yang punya perasaan. Kalau boleh menyarankan , kalian yang ingin membantu kami. Datanglahlah ke ahli psikhogi terlebih dahulu. Dan belajar bagaimana kalian mengerti keadaan kami secara psikis . Agar tak ada kesalahpahaman yang akhirnya menghancurkan persahabatan dan persaudaraan. Ingatlah! Maksud yang baik, harus dengan cara yang baik.

Senin, 23 Maret 2015

Lagi-lagi di Warnet

     Lagi-lagi di warnet. Selepas pulang dari sebuah penerbit di Ciganjur untuk menyerahkan naskah, aku menyempatkan diri ke warnet ini. Sekedar melampiaskan bakat menulis, karena komputer di rumah rusak. Tak apalah, daripada menyalurkannya pada tempat yang salah. Sore di warnet langganan, DD Net... cukup menyenangkan. Apalagi di dahului dengan menyantap bubur kacang hijau khas Madura yang nikmat, yang berada di seberang jalan. 
    Ternyata kebahagiaan itu sederhana ya? Hanya dengan menikmati suasana di warnet,  makan bubur kacang hijau, mendengar suara riuh anak-anak kecil yang bermain game on line, memandangi kendaraan yang berlarian, sungguh amat berharga. Tidak usah jauh-jauh ke Bali, Danau Toba, atau negeri di benua yang jauh. Bahagia ada di sini, di hati.
      Senja akan tiba, udara agak mendung, diiringi angin sepoi-sepoi yang mengelus-elus tubuh. Sang Muadzin sebentar lagi akan melantunkan panggilan-Nya. Panggilan yang dengan kemaha besaran-Nya akan mengecilkan semua keangkuhan dunia. Kita hanya titik kecil di hadapan-Nya. Tanpa-Nya kita bukan siapa-siapa, dan tak kan pernah jadi apa-apa. 
       Udah dulu ya... yuk sholat maghrib.
     

Kamis, 19 Maret 2015

Gemericik (diary)

     Hujan gemericik membasahi bumi, pantas saja dua hari ini cuaca terasa sangat panas. Rasanya mentari mencubiti kulit. Diiringi lenguhan masyarakat Jakarta yang kegerahan. Malam ini udara sejuk mulai merayapi diri... adem rasanya. Sejenak kumerasa berada di Puncak, Bogor. Aku ada di dalam warnet langganan, Dafa & Davin Net. Banyak anak kecil di sini, jemari mereka asyik memainkan game on line. "Mungkin dunia ini akan sepi tanpa ada anak-anak. Keriuhan mereka membuat ramai dunia",  benakku bicara.
     Hidup memang aneh, kadang kita merasa nyaman senyaman-nyamannya. Tapi kadang kita galau, segalau-galaunya. Entahlah... mungkin itulah alur hidup di dunia? Kita cuma menjalaninya, tanpa syarat. Belajar dari pengalaman, dan harus pandai-pandai memanfaatkan waktu, karena ia terus bergulir. Tanpa bisa dipungkiri kita takkan mampu menghentikannya. Masa adalah milik-Nya, cerdik-cerdiklah menggunakannya.

Selasa, 17 Maret 2015

Lagu Optimis

Bertindak

Jangan menunggu sampai ada waktu
yang tepat tuk memulai sesuatu
Pandanglah waktu, ini hari yang tepat
Untuk melakukan sesuatu

Jangan menunggu suasana hati riang
Baru itu kau bertindak
ciptakan semangatmu gerakan ambisimu
untuk melakukan sesuatu

Jangan takut masalah yang menghadang di depan 
jangan takut kegagalan karena itu pelajaran 
pertahankanlah itu jangan cepat menyerah 

Jangan menunggu dan tak berbuat sesuatu
Karena hari ini bukan besok
Dunia hanya digenggam tindakan
Bukan dengan cara sim salabim

Jangan menunggu otak nanti jadi beku
Lakukanlah saja sesuatu
Niatkan, ucapkan, yakinkan dan berdoa
dan jangan lupa untuk bertindak

Inilah saat yang tepat, tuk mengejar dan bertindak
Lakukan sekarang jangan menunggu 
Waktu pun terus berjalan, jangan menunggu sampai besok
janganlah ragu cepatlah bertindak
             
(cipt. Sigit Tyo)

Senin, 16 Maret 2015

Laron-Laron Metropolitan

     Sepeda motor-sepeda motor kian banyak menyusuri ibukota setiap hari. Mereka bak laron-laron yang berebut gemerlapnya Sang Metropolitan. Konon kata seorang bapak, "Dulu memiliki sepeda motor adalah sebuah kebanggaan, tapi sekarang adalah kebutuhan. Karena ongkos bis mahal, jalanan macet, mau tak mau sepeda motor menjadi pilihan, demi hemat waktu dan biaya".
      Kerap kali rakyat kecil harus sering-sering mengalah, seiring peraturan Pemda DKI, sepeda motor tak boleh lagi melewati beberapa jalan protokol. Kok motor yang harus mengalah? bukan mobil pribadi saja yang mengalah? bukankah ukuran mobil jauh berlipat lebih besar daripada motor? "Sekarang jalan tikus pun macet", kata Andy, seorang pekerja lapangan.
     Jangan heran, setiap hari di jalanan ada saja yang berantem, karena mereka saling sodok, nyerobot, sundul-sundulan ban. Belum lagi lubang-lubang berisi air cokelat yang menghiasi jalan-jalan di musim hujan. Ada lagi, di sepanjang Jl.Ciledug Raya sampai kearah terminal Blok-M, Jakarta Selatan, ada pembangunan jalan Bus way. Kesabaran para pengendara memang sedang diuji.

Move On

Tak ada gunanya larut dalam kesedihan. Masa lalu tak akan pernah kembali, mengapa disesali? Kita seharusnya bersyukur, masih diberi kehidupan sampai detik ini. Mencoba berfikir positif, bagaimana pun dengan berfikir positif, maka aura positif akan mengelilingi kita. 

Jumat, 13 Maret 2015

Menjadi Manusia yang Lebih Baik

Untuk menjadi manusia yang lebih baik itu  sederhana, yaitu "IKHLAS".

(Abimana, dalam acara "Ada-ada Saja" di Global TV - membahas tentang kesimpulan film "Haji Backpacker")

Minggu, 01 Maret 2015

Ada-ada Saja

Ada-ada Saja

Ada dua pemuda aneh tingkah lakunya
dua-duanya sama ingin kawin segera
Namun tiap harinya tak pernah berusaha
hanya pandai bercinta meski uang tak ada
Hey ada-ada saja

Bila malam tiba dia segera bersolek bersama
bukan main asyiknya...
Sepatu sudah lama jadilah juga
berminyak kelapa memang sudah biasa

Namun tak jadi soal uang tak ada
asal keluar rumah sudah senang hatinya
Hey ada-ada saja
(cipt A.Rafiq)

Syair lagu di atas lucu ya? Gue kepikiran buat nulis di blog ini, karena abis nonton Film "Karena Dia (tahun 1979)".  Filmnya diawali dengan lagu ini. Fimnya seru... ada sedih, senang and lucu. Tentang perjuangan seorang musisi mengawali karirnya. Ia merantau dari Pekalongan ke Jakarta. Segala rintangan dan cobaan betubi-tubi menghantamnya. Dan akhirnya ia sukses menaklukan Ibu Kota, berkat dukungan seorang wanita yang mencintainya.

Jumat, 27 Februari 2015

Selepas Pengajian Dhuha (catatan sabtu, 28 Februari 2015)

      Seperti biasa, Sabtu ini (28/02) aku menghadiri Majelis Dhuha di Masjid Almadinah di belakang CBD Ciledug, Tangerang Selatan. Sebuah pengajian mingguan yang didahului dengan sholat dhuha, zikir dan mendengarkan ceramah dari kyai.

    Ceramah dari sang kyai belum selesai, tapi rasa kantuk mulai merayapi mataku, Lalu kulangkahkan kaki ke sebuah warung kopi tenda di sebelah kiri masjid. Aku minum kopi, merokok, dan melahap sepotong bakpao yang ada di meja, lalu membeli pisang molen dan tahu goreng seharga Rp 5000 kepada tukang gorengan gerobak di sebelahku. Aku bersalaman dengan pembeli yang baru datang. Dan  ngobrol dengan mereka, sebagai upaya mengakrabkan diri dengan sesama jamaah. 

    Tak ada keangkuhan di lingkungan ini, semua jamaah menunjukkan sikap bersahabat. Sepertinya mereka semua langsung mempraktekkan ilmu yang telah didapatkannya, "Hablum minallah dan hamblum minan nas", yaitu berhubungan baik kepada Tuhannya dan berhubungan baik kepada sesamanya. Alangkah indahnya negeri ini jika sikap seperti ini diterapkan di berbagai lini. Tak ada gontok-gontokkan yang silih berganti, karena semuanya saling menyayangi.

      Langit agak mendung, tapi udara terasa gerah, mungkin mau hujan? Udaranya terasa ngelekeb... mungkin Bahasa Indonesianya lembab, maksudnya kelembaban udaranya sedang tinggi. Setelah membayar kopi dan bakpao aku menuju tunggangan yang ada di parkiran. Sudah banyak jamaah yang meninggalkan masjid, tapi parkiran cukup ramai, ada yang sedang menunggu kawan, dan masih ada yang ngobrol seraya mengeluarkan motor.

     Aku mendekati kuda besiku yang sedang menanti dipojokkan. Aku mulai memakai jaket, dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk berkendara. Jarak kira-kira 3 meter dariku ada seorang gadis berdiri anggun. Ia berbusana muslim, dengan atasan bermotif kembang-kembang, jilbabnya dan rok panjang berwarna pink. Tak lama kemudian kawannya menghampiri dengan motor bebek hitam, dan memboncengnya. Si anggun berlalu, rok panjang pink-nya berjuntai-juntai diterpa angin. Setelah menaruh lembaran uang kertas ke kotak kardus yang sedang dipegang security, motor mereka melaju meninggalkan gerbang, lantas hilang dari pandangan. Subhanallah... begitu anggun wanita itu. Mudah-mudahan kita bertemu lagi ya... bisikku dalam hati.

Selasa, 17 Februari 2015

Jam 9 lebih

     Jam 9 lebih, pagi yang cerah buat ukuran musim hujan. Aku memacu kuda besiku, melewati gundukan-gundukan tanah yang berbaris rapi, Pemakaman Tanah Kusir. Kulihat makam Sang Proklamator tampak anggun dengan rumah minangnya yang disekat kaca-kaca bening, sungguh elok sekali. mobil-mobil tampak merayap, hanya sepeda motor yang bisa melenggang.

     Kubergegas melewati jalan tikus, melewati Kecamatan Kebayoran Lama, lalu memotong lewat Bungur dan  berhenti sebelum Taman Gandaria, sekadar buat ngobrol dan ketawa-ketiwi bersama tukang kopi keliling serta beberapa sopir yang sedang menunggu majikan.

     Lalu aku menuju Gedung LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), di Jl. Gatot Subroto. Menurutku gedung ini terlihat kokoh tapi aneh, karena berbentuk empat persegi panjang, tapi bagian belakang berbentuk seperti tabung besar yang menempel. Keseluruhannya berkeramik putih. Aku memasuki gerbang, lalu memarkir sepeda motor. Setelah itu bertanya kepada security, letak perpustakaan, dan mereka menunjukkannya. sesampainya di Perpustakaan, aku disuruh mengisi buku tamu yang berwujud digital. Kemudian menaruh tas di loker lalu ditunjukkan kearah lift.

       Aku memasuki lift, dalam sekejap aku sudah sampai lantai 4 Perpustakaan LIPI, rak-rak alumunium berwarna abu-abu dan buku-buku tua berjejer dengan rapih. Ruangan ini terkesan klasik, dan terkesan angker, rasanya bulu kudukku merinding dibuatnya, ditambah lagi pengunjung yang sepi. Rasanya aku seperti terdampar dalam jaman VOC.

       Kusingkirkan perasaan macam-macam yang menggelayuti, lalu aku menuruni tangga berkeramik putih berilling alumunium menuju lantai 3, memburu majalah baru yang masih hangat-hangat kuku. Majalah-majalah berada di tengah-tengah ruangan yang amat luas, rak-rak alumunium abu-abu berbentuk segi empat, mengelilingi sofa cokelat tua yang besar dan membal beserta meja kayu bertaplak putih.

     Kutengok majalah-majalah dalam dan luar negeri. Kubaca majalah dari negeri ginseng, nama majalahnya Korea. Majalah ini bertemakan tentang pernak-pernik kebudayaan Korea, seperti beladiri taekwondo yang menjadi salah satu ikon negeri tersebut. Tarian dan busana juga menyemarakkan majalah berbahasa Inggris itu.
     
     Sambil membaca majalah, dari kejauhan pandanganku tertuju tiga dara yang sedang berdiri di belakang mesin pencarian. Gadis yang paling mungil berjilbab kelabu, kemeja kembang-kembang berwarna lembut.  Gadis yang paling tinggi berjilbab cokelat muda dan berswiter cokelat tua. Dan yang paling gemuk , tidak memakai jilbab, tapi stelan kaos panjang garis-garis hitam abu-abu dan celana jeans. Mereka konsentrasi mencari kode jenis buku /ensiklopedia yang sedang dicari.

     Bosan duduk di sofa, aku melangkah ke meja besar berbentuk oval yang terbuat dari kayu jati. Kubaca majalah sambil melirik ke kanan dan kiri di seberangku ada gadis cantik berbaju merah dan bercelana jeans ketatyang serius membaca buku. Rambut hitam bergelombangnya yang sebahu dikuncir satu.

     Waktu beranjak siang, dan azan Zhuhur telah berkumandang. Buru-buru aku ke mesjid, menuju lift, turun ke lantai 1, lalu berjalan kaki, kira-kira jaraknya 200 meter. Sehabis sholat lalu mengambil tas di loker, selepas itu pulang
      

Senin, 16 Februari 2015

Adaptasi

     Aku memulai mengadaptasikan diriku untuk kembali menjadi surveyor, berkendara ke beberapa tempat di area Jakarta Selatan dan Tangsel. Aku memulainya dari Pasar Minggu, Pondok Cabe, Ciputat, Jl.Senopati, dan Jl. Gatot Subroto. Entah... aku menjalaninya terasa berat. Aku yang notabene dulu berkutat sebagai pekerja lapangan, kini harus kehilangan kesaktiannya. Aku kok jadi melempem? Aku sekarang tak tangguh, mudah lelah, dan mudah menyerah menghadapi macet, sehingga lebih memilih mesjid untuk beristirahat, lantas pulang. Kalau manusia saja kesulitan beradaptasi, apalagi hewan?

     Aku kok begini? Perasaan aku masih muda? masih 38 tahun, dan belum pantas pensiun. Apakah semangat hidupku sedang mati suri? Entahlah... semuanya sudah berubah, berubah kawan, suasana, situasi, kondisi dan  jaman. Kita mau tak mau setiap ganti era, ganti pula gaya dan tradisinya. Ganti waktu, ganti pula kesempatan yang akan datang. 

Senin, 09 Februari 2015

Jakarta, siang 10 Februari 2015

     Azan zhuhur telah berkumandang, tanda hari berada di tengah-tengah siang. Langit baru saja berhenti meneteskan air matanya, setelah 2 hari terus menerus menyirami bumi, dan mentari baru berani menampakkan wajahnya. 
       Orang-orang kota mengutuk hari karena hujan yang tak henti-henti. Banjir melanda Jakarta. Kali Ciliwung meluap, istana  negara pun ikut terendam. Jl.R.Suprapto, Jl.S.Parman, daerah Cempaka Putih dan Kelapa Gading Kulihat beritanya di TV, kemarin sore saja air sudah sepinggang orang dewasa, apalagi sekarang? 

     Apakah langit lagi ngambek? apakah awan lagi senewen? Karena masyarakat modern lebih senang membangun mall ketimbang melindungi hutan. Pohon-pohon di kota tak diberi napas, karena batangnya ditempel semen dan beton, sehingga mudah sekali tumbang, ditambah lagi sampah-sampah yang dibuang sembarangan. 
        Kata budayawan Sujiwo Tejo dalam suatu acara di TV, "Tidak ada itu bencana alam, yang ada adalah bencana manusia. Kalau terjadi longsor, tanah turun mencari keseimbangannya, karena pohon-pohon ditebang. Jadi bukan  salah alam, tapi salah manusianya."

Sabtu, 07 Februari 2015

Bosan

       Bosan aku di sini, berkutat dengan komputer yang sama, saban hari berada di lingkungan yang sama, dan bergaul dengan orang yang itu-itu saja. Aku merasa hidupku statis, stagnan, jalan di tempat bak katak dalam tempurung. 

       Jenuh membelengguku, hingga aku berontak dalam diri. Aku ingin pergi jauh ke negeri entah berantah. Pergilah engkau pekat, jangan menggangguku. Ingin kususuri jalan, walau tanpa tujuan , yang penting hati senang bertemu orang-orang baru, jalan yang tak pernah dilewati, atau sekedar nongkrong di warung kopi yang belum pernah dijajaki. Kuda besiku, bosankah kau menemanuku?semoga tidak, sobat.

Kamis, 05 Februari 2015

Apa Kabar Kawan?

     Apa kabar kawan? Di sini, aku baik-baik saja, melihat kota yang paling lengkap di negeri ini. Kota yang segalanya serba wah... baik pusat perbelanjaannya, infrastrukturnya, transportasinya.
     Aku sedang mengetik di sebuah perpustakaan, sekedar menjentikkan jari di papan keyboard sebuah komputer.
     Di luar sana mendung, membuat aku khawatir kalau bepergian, mengingat musim hujan yang sedang  berada di puncaknya. 

Iri (catatan 15 Oktober, 2014)

         Rasa iri membenak di hati. Mudah-mudahan ini adalah iri yang positif. Bagaimana tidak? Helvy Tiana Rosa dan Asma nadia yang umurnya tidak jauh dariku. Mereka telah menelurkan lebih dari 50  buku dan ratusan cerpen. . Helvy Tiana Rosa lahir di tahun 1970 dan Asma Nadia lahir 1972. Lhaa... aku yang lahir di tahun 1976 belum satu buku pun yang diterbitkan?
       Kalau melihat prestasi kakak beradik itu (Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia) rasanya geregetan, aku ingin membuat tulisan yang bisa mengguncang dunia. Apakah aku konyol? aku sendiri tak tahu. Yang jelas, aku pernah mendengar  kutipan kata-kata bijak, yang diucapakan  Deddy Corbuzier dalam sebuah tayangan di televisi,  "Kadang orang di sekitar kita mencoba memupuskan harapan kita. Ketika dunia menyuruh anda menyerah. Harapan berkata, coba sekali lagi.". Kata-kata itulah yang membuat saya bangkit. Move on kata anak-anak jaman sekarang.

Rabu, 04 Februari 2015

Diary 5 Februari 2015, jam 3 pagi

     Gak terasa gaung tahun baru 2015 udah memudar, sekarang udah tanggal 5 Februari 2015. Gak terasa man! udah tanggal segini... gila kaaan? gue ngerasa belom ngapa-ngapain. Eh... 2015 udah berjalan selama sebulan... gila man! gilaaa!

     Catatan takdir, sekarang gue menjalani titian angka 38 tahun. Usia yang orang bilang,  "Tinggal nyicipin enaknya hidup", punya anak bini, kehidupan yang mumpuni. Tapi apa mau dikata... hidup gue begini, ya begini... gak mungkin jalanin hidup orang laen, begono!

    "Biarkan hidup ini mengalir seperti air," begitulah kata pepatah orang banyak. Tapi gak selalu mengalir secara normal, kadang ada yang mengalir kayak banjir bandang, deresnya gak alang kepalang, kadang juga kayak kencing anak orok, encret-encretan.

    Bagaimana juga man, masih banyak yang kudu gue syukurin. Masih untung gue gak tinggal di kolong jembatan. Masih untung gue masih bisa makan, ketemu nasi, lauk pauk and lalapan. Gue gak kuat kalo ngebayangin orang yang tinggal di kolong jembatan sono. Mereka tidur beralaskan koran, yang tiap hari dibayangin kekerasan preman. Gue gak kuat man!

    Jadi, walaupun bagaimana juga masih banyak yang bisa disyukurin, terutama dari hal-hal yang dekat, yang nempel di badan. Gue punya sepasang bola mata, yang dengannya gue bisa ngeliat cewek-cewek cakep, pemandangan yang endah-endah (saking indahnya). Ya itulah kawan... itu baru dari mata, belom dari nikmatnya punya tangan, kaki, lidah, rambut, kuping, gigi, dan masih banyak lagi. Coba lo bayangin kalo lo gak punya gigi? lah kalo kondangan gak bakali bisa ngerasain nikmatnya semur daging, mantaaap! tul gak? ternyata syukur adalah jawaban.

    Gue inget temen gue, si Asep, yang petuahnya gak pernah ilang dari ingetan gue, " Dalam hidup ini, yang terpenting adalah satu, rasa syukur kepadaNya."

    Hari makin mendekati shubuh, udah dulu yaa... mo mandi, biar seger, ger... geeerrr...



Ingin Melompat

     Rasanya aku ingin melompat... melintasi awan. Aku ingin tulisan-tulisanku menembus bumi dan mencakar langit ketidak mungkinan. Aku harus maju, melangkah, melangkah dan terus menikmati setiap apa yang aku tulis, aku suarakan lewat penaku. 

     Tak sabar rasanya ingin melewati penulis-penulis muda yang sudah besar dan terkenal lebih dulu. Apalagi yang usianya lebih muda dariku, seperti Tere Liye, Raditya Dika dan Agnes Donovar. Membuat diri ini ingin melompat, melompat dan melompat melebihi mereka, karena start-ku tertinggal. Tapi menurut nasehat teman-temanku, "Sukses tak mengenal kata umur". Tidak ada kata terlambat untuk terus berkarya. Insya Allah aku kan terus menulis.  Wallahu a'lam Bisshawab.