Selasa, 22 Juli 2014

Hampir Finish

    Ramadhan 1435 H hampir finish. Menjelang H-5 pasar-pasar  semakin padat, dan terminal bertambah sumpek dijejali para pemudik. Rumah-rumah banyak yang dicat, diiringi riang tawa anak-anak kecil menjajal baju baru. Lengkingan petasan semakin gaduh  terdengar di gang-gang.
    Ramadhan seharusnya menampilkan ibadah terbaik kepada Tuhan, tapi aku belum maksimal melakukannya. Tarawihku masih blang blentong, tadarus masih jauh dari khatam, dan sedekah masih terlalu sedikit.
      Untuk ibadah yang masih dibilang minim, mustahil rasanya mendapatkan "Lailatul Qodar". Tapi lain halnya jika Sang Khalik berkehendak. Barangkali saja dengan kerahimannya Tuhan mau memberikan bonus buatku.
     

Minggu, 20 Juli 2014

Ingin Berpetualang (jilid 1)

     Ingin rasanya kupacu kuda besiku berkeliling Pulau Jawa. Dalam benak, aku ingin menyusuri kota-kota unik di negeri ini, khususnya di Pulau yang sekarang aku tinggali. Kulihat di peta ada kabupaten bernama Trenggalek. Dari namanya saja unik, apalagi budayanya? pasti  punya karakter tersendiri.
    Ingin rasanya aku menelusuri pantura, selama ini aku cuma mentok sampai Cirebon. Jalur selatan pun cuma sampai Jogja. Itupun perjalanan di malam hari dengan Bus, jadi tak bisa dengan jelas melihat daerah-daerah yang dilintasi. 
    Ternyata begitu banyak daerah di Jawa yang belum aku sambangi. Entah apakah suatu hari nanti bisa mengunjungi daerah-daerah tersebut? Terlintas di hati aku ingin ke Pemalang, Pekalongan, Semarang, Jepara, Rembang, Tuban, Surabaya, Lamongan, Kediri, Mojokerto, Lumajang, Jember, Demak, Kertosuro, Situbondo, Wonosobo, Bondowoso, Malang, Magelang, Magetan, Pacitan, Ungaran, Sukoharjo, Probolinggo, Nganjuk, Tulung Agung, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, Banjarsari, Kuningan dan terakhir Majalengka. Waduh banyak ya? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyusurinya? itu baru Pulau Jawa., dan belum semua kota. Bagaimana jika seluruh nusantara? Dan berapa biayanya? Aku hanya menggeleng.

Minggu, 13 Juli 2014

Benar-benar Usai

    Gelaran Piala Dunia 2014 benar-benar usai. Iringan tangis dan tawa menyelimuti Stadion Maracana, Rio De Jainero. Akhirnya  Der Panzer-lah mengangkat trofi. Setelah penantian selama 24 tahun. Di lapangan hijau terlihat wajah-wajah tertunduk, isak tangis pemain-pemain Argentina. Mereka seakan enggan beranjak pulang, setelah menelan kekecewaan. 
    Walaupun mereka menempati posisi kedua, bagi mereka tidak ada istilah juara kedua. Yang ada hanyalah juara pertama.

3 Ramadhan 1435 H

     Aku masih di pelataran Masjid Putih. Merebahkan diri di atas keramik putih, menjelang maghrib, seraya menunggu buka bersama. Mataku tertuju pada orang-orang yang membawa makanan buat berbuka puasa. Ada yang membawa piring berisi kue-kue, puluhan nasi box, teko-teko yang berisi teh manis, nampan berisi lontong, juga panganan-panganan lainnya. 
     Tak terasa hari ke-3 Ramadhan hampir usai. Ibadahku rasanya belum apa-apa, masih minim. Sampai hari ini aku belum membaca al qur'an satu halaman pun. Masih jauh dari nilai baik, untuk kategori ibadah.

Pertengahan

     Ramadhan sudah berada di pertengahan, sedangkan piala dunia dan masa liburan sekolah nyaris berakhir. Piala Dunia tinggal menunggu final. Tim Panzer dan Tim Tanggo akan bertarung habis-habisan memperebutkan mahkota juara. 
      Pasar  Cipulir sudah sesak dengan para pembeli. Untunglah cuaca Jakarta hari ini sejuk, karena beberapa hari ini hujan mengguyur Kota metropolitan. Ibadah puasa jadi tak terasa berat.

Senin, 07 Juli 2014

Hari Gini

     Hari ini berharap ada kreasi yang menghampiri. Aku masih pening dengan permasalahan ekonomi yang membelenggu. Walaupun hati ingin rasanya bebas tanpa beban yang melibatkan uang. Tapi apa mau dikata, "DUIT MEMANG BUKAN SEGALA-GALANYA, TAPI SEGALA-GALANYA PAKAI DUIT". 
     Banyak orang keblinger gara-gara duit. Gak sedikit yang gila alias edan karenanya.  Andai kita kembali ke jaman batu, pasti uang tidak berlaku. 
Hari gini, kencing aja bayar! kecuali di kebon... hehehe.

Minggu, 06 Juli 2014

Aku sudah kembali

    Selamat tinggal sedih, selamat tinggal murung...
Sekian lama aku terkungkung olehmu. Kini aku ingin menjadi aku, bukan aku yang melankolis, tapi aku yang humoris. Aku akan menatap dunia, tak menghiraukan masa lalu yang tak bisa di-replay lagi.
     Aku sudah kembali...

Catatan Ramadhan, 5 july 2014

      Ramadhan sudah berada di hari ke-7, jam di Hp-ku menunjukkan pukul 15.36 WIB. Jari-jari tanganku menggeliat pada keyboard komputer di sebuah warnet, di Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Begitu banyak anak-anak bermain game on line di sini. Jujur, aku terganggu, atas keriuhan suara anak-anak yang berteriak-teriak saat bermain game perang-perangan. Rasanya aku ingin mengerem kegaduhan mereka. Tapi apa hakku? Aku hanyalah seorang pengunjung, sama seperti mereka.
       Badan ini rasanya lemas sekali, rasanya tidur di pagi tadi belum cukup membuat fisik ini segar kembali. Pikiranku akhir-akhir ini memang kacau balau. Hidupku  seperti tak tentu arah.