Selasa, 30 September 2014

Hujan di Hari Minggu ( Jakarta, 21 september 2014)

     Hujan masih deras menyiram bumi. Udara yang pengap sedari tadi siang ternyata pertanda air dari langit akan tertumpah senja ini. Hampir 2 jam, hujan seakan enggan berhenti. Aku masih berada di Dafa  dan Davin Net, tercegah akan pulang, karena takut basah. Biarlah Sang Air puas membasahi Sang Bumi. Sesekali aku melihat keluar, melihat mobil-mobil dan motor-motor menerobos Sang Hujan. 
     Kulihat Kuda besiku basah kuyup, kasihan aku melihatnya. Karena ia lah sahabat setiaku, yang selalu menemaniku menyusuri bumi. Headsetku dijejali Lagu-Lagu  Koes Plus yang sangat aku gemari. "Never Die" untuk Lagu Koes Plus, karena lagu-lagunya akan selalu hidup di hati penggemarnya.
      Keluh kesah Warga Jakarta yang akhir-akhir ini kepanasan dan kegerahan, kini terbayar lunas. Tapi yang tinggal dekat kali tentu hatinya kebat-kebit. Takut banjir bandang menyerbu rumah-rumah mereka.  Itulah manusia, yang jelas Tuhan tidak pernah salah akan karunia-Nya. Cuma, manusia seringkali merusak karunia-Nya.

Sabtu, 20 September 2014

Ibu Tersayang (puisi)

Bu...
Terima kasih,
9 bulan 10 hari aku menginap di rahim kokohmu,
lengkap dengan semua fasilitasnya, gratis
kudapat ASI darimu selama 2 tahun gratis
Kasih sayangmu yang tak lekang oleh jaman, gratis
merasakan masakan-masakanmu yang super lezat,
selama puluhan tahun, gratis
Perhatianmu, pengorbananmu sampai saat ini umurku 37 tahun, juga gratis

Rabu, 17 September 2014

Kejar-kejaran

      Aku berkejar-kejaran dengan waktu. Memicu dan memacu inspirasi, seiring dengan laju sepeda motorku. Aku berkeliling, mengitari pingiran Jakarta, Tangerang, juga Bogor. Orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
       Semua orang terlihat  repot mencari uang, demi dapat bertahan hidup di kota besar. Dan mencari penghidupan yang lebih baik.  Agar keluarga dan anak cucu tidak hidup melarat.  Berharap bisa hidup enak sehingga dapat menaikkan harkat dan martabat dinasti keluarga.
      Para pedagang sibuk mengurus barang dagangannya, pegawai kantor sibuk mengurus berkas-berkas. Para accounting sibuk menghitung kas perusahaan, teller bank sibuk menghitung uang dengan kecepatan tinggi. Para guru sibuk mengajar kesana-kesini di berbagai sekolah. Buruh-buruh pabrik terus memburu lemburan, untuk menambah penghasilan. Para penulis asyik traveling demi mendapatkan ide yang brilian. Dan para pengangguran pun sibuk mengirim lamaran pekerjaan yang tak kunjung dapat panggilan.

Selasa, 09 September 2014

Serang, 10 September 2014



       Aku masih di Bumi Serang, yang sekarang berslogan, " Kota seribu santri, seribu kyai ". Mentari semakin mendekati puncaknya. Udara semakin panas, aku bersembunyi di balik sebuah warnet, di sudut persimpangan Ciceri. Mencari sedikit udara dingin,  tapi AC tidak lagi maksimal. Untuk itu pemilik warnet menambahkan kipas angin untuk memuaskan pelanggan.

      Aku sibuk memainkan jemariku di keyboard komputer sambil mendengarkan lagu-lagu Band Ungu dan Koes Plus melalui headset. Sesekali mataku melihat keluar, menembus jendela kaca. Mobil dan sepeda motor berseliweran tanpa henti, Carrefour Supermarket terlihat jelas .

      Aku tidak tahu ... akhir-akhir ini Serang semakin panas. Mudah-mudahan hati orang-orangnya  tidak ikut-ikutan panas .