Minggu, 10 April 2016

Jakarta

     Aku terhenyak... kutampar wajahku, ternyata aku masih di kota ini, Jakarta. Kota terbesar di Indonesia, pusat pemerintahan, bisnis, ekonomi,  budaya dan segalanya. Aku sebenarnya muak dengan kota ini. aku bosan, mungkin karena aku lahir dan besar di sini. Bagiku menghadapi macet merupakan gunung tertinggi yang sulit didaki. Coba anda bayangkan ribuan motor baru bermunculan setiap harinya! mobil-mobil baru  pun bermunculan seperti jamur di musim hujan. Sementara luas jalan tak bertambah, meskipun bertambah paling cuma sedikit, itu pun dengan proses penggusuran yang memakan waktu dan birokrasi yang berbelit-belit.
      Kemacetan saat ini diperparah dengan pembangunan MRT di daerah Ciledug-Kebayoran-Mampang Prapatan-Pancoran, yang kalau tidak mulur selesai pada tahun 2017. Belum lagi pembangunan jalan layang di sepanjang Kali Malang Jakarta Timur-Bekasi yang tak kunjung selesai. Debu-debu berterbangan di jalan berbatu akibat jalan lama yang sedang digali di sana sini untuk pembuatan pondasi. Pernah pada suatu hari banku pecah luar dalam ketika melintasinya di malam hari. Sungguh berat kalau ada musibah di malam hari. Karena kita harus menuntun motor di 500 meter-2 KM untuk mendapati bengkel yang masih buka. Yang pasti ongkosnya pasti lebih mahal daripada di waktu siang. Kalau tak punya uang cash kita naik angkot mencari ATM. Tapi andai tak punya uang dan rekening kosong, maka SIM atau Hand phone siap ditinggal sebagai jaminan.

(masih dalam proses pengeditan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar