Senin, 16 Maret 2015

Laron-Laron Metropolitan

     Sepeda motor-sepeda motor kian banyak menyusuri ibukota setiap hari. Mereka bak laron-laron yang berebut gemerlapnya Sang Metropolitan. Konon kata seorang bapak, "Dulu memiliki sepeda motor adalah sebuah kebanggaan, tapi sekarang adalah kebutuhan. Karena ongkos bis mahal, jalanan macet, mau tak mau sepeda motor menjadi pilihan, demi hemat waktu dan biaya".
      Kerap kali rakyat kecil harus sering-sering mengalah, seiring peraturan Pemda DKI, sepeda motor tak boleh lagi melewati beberapa jalan protokol. Kok motor yang harus mengalah? bukan mobil pribadi saja yang mengalah? bukankah ukuran mobil jauh berlipat lebih besar daripada motor? "Sekarang jalan tikus pun macet", kata Andy, seorang pekerja lapangan.
     Jangan heran, setiap hari di jalanan ada saja yang berantem, karena mereka saling sodok, nyerobot, sundul-sundulan ban. Belum lagi lubang-lubang berisi air cokelat yang menghiasi jalan-jalan di musim hujan. Ada lagi, di sepanjang Jl.Ciledug Raya sampai kearah terminal Blok-M, Jakarta Selatan, ada pembangunan jalan Bus way. Kesabaran para pengendara memang sedang diuji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar